Setiap manusia pasti melewati hari demi hari,
Semuanya terasa berlalu begitu cepatnya. Begitulah kehidupan, setiap
insan berpindah dari pagi ke petang, dan dari petang hingga pagi
kembali. Akan tetapi, apakah setiap Muslim selalu bermuhasabah
(introspeksi) terhadap dirinya atas setiap hari yang telah dilaluinya?
Sehingga ia bisa melihat lembaran-lembaran harinya, dengan amal apa ia
membukanya dan dengan amal apa ia menutupnya?
Seringkali manusia
lalai berapa banyak hari, pekan, bulan, dan tahun yang telah dilaluinya
dan berapa banyak umur telah dilewati. Sedikit sekali orang yang mau
introspeksi terhadap dirinya, hingga mereka pun menjalani hari-harinya
dalam kelalaian dan panjang angan-angan yang tidak ada fedahnya.
Tanyakanlah
kepada diri Anda sendiri, sepanjang matahari terbit dan tenggelam
apakah Anda telah menghisab (mengitung-hitung amalan) diri di awal suatu
hari? Pernahkan Anda bertanya, "Amal shalih apakah yang hendak saya
perbuat? Amal apakah yang akan saya hadirkan untuk hari ini?"
Saksikanlah, ketika fajar mulai menampakkan cahaya merahnya, kebanyakan
manusia menyambut hari-harinya dengan niat yang tidak benar. Bahkan,
hingga siang berlalu dan berganti malam, mereka kembali ke tempat
tidurnya mereka dengan niat yang masih seperti itu.
Benar, bahwa
umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. Padahal,
setiap manusia akan senantiasa dihitung dan ditulis segala aktivitasnya
pada hari-hari tersebut.
Allah Ta'ala berfirman,
“Dan diletakkanlah kitab
(catatan amal), lain engkau akan melihat orang yang berdosa merasa
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata,
'Sungguh celaka kami! Kitab apakah ini? Tidak ada satu pun yang
tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya ‘,Dan
mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan
Rabb-mu tidak zhalim terhadap seorang jua pun. " (QS. Al-Kahfi: 49)
Allah Ta’ala juga berfirman,
"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan/'
(QS Al-Infithaar: 10-12)
Seandainya orang-orang yang lalai itu
menyadarinya, niscaya mereka akan memelihara diri dan menjaganya dari
jalan kebinasaan. Sayangnya, jarang sekali orang yang sadar, dan sedikit
sekali orang yang mewaspadai jalan itu.
Shahabat Abu Darda
-Rodliallohu Anhu- mengatakan, "Apabila seseorang menjumpai suatu pagi,
berkumpullah hawa nafsu dan amalnya. Jika amalnya menuruti hawa
nafsunya, maka harinya menjadi hari yang buruk. Dan jika hawa nafsunya
menuruti amalnya, maka harinya menjadi hari yang baik. “ [Diriwayatkan
oleh Imam Ibnu Jauzi dalam Dzammul Hawaa (no. 22).]
Oleh karena
itu, hendaklah setiap Muslim dan Muslimah memperhatikan keadaan dirinya,
memperbanyak berdzikir kepada Allah, memohon tambahan fadhilah dan
keberkahan serta meminta istiqamah di atas petunjuk-Nya, dan untuk
bersegera beramal sholeh.
Maka, bersegeralah untuk memperbaiki keadaan dirimu, dan mintalah taufiq kepada Allah Ta'ala menuju jalan kebahagiaan.
Dan
bagi orang-orang mengisi hari-harinya dengan kelalaian... Ketahuilah,
bahwa dirimu tidak akan dibiarkan begitu saja! Engkau akan dihitung atas
semua amalanmu dengan perhitungan yang tidak meluputkan sedikit pun!
Banyak orang yang memandang hidup ini identik dengan menikmati berbagai
kesenangan dan kelezatan duniawi. Siang malam mereka habiskan waktu
untuk mengejar dan mengurus urusan dunia. Dunia yang fana telah
memperdaya mereka hingga melupakan kehidupan yang sebenarnya yaitu
akhirat. Wajar saja, karena mereka tidak mengimani adanya kehidupan
setelah mati. Mereka mengatakan:
"Kehidupan itu tidak lain hanyalah
kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali
tidak akan dibangkitkan lagi." (QS. Al-Mu'minun: 37)
Orang-orang
seperti ini pada hakikatnya sudah putus asa untuk menggapai kedudukan
yang lebih mulia dan lebih utama. Sebab hakikat hidup jelas bertolak
belakang dengan apa yang mereka yakini dan berlawanan dengan apa yang
mereka duga. Hidup hakikatnya mengabdikan diri dengan beribadah kepada
Rabb Yang Maha Hidup dan tidak akan mati. Itulah tujuan penciptaan jin
dan manusia. Allah sa berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Maka seorang muslim hendaknya memperhatikan setiap detik yang ia lalui.
Jangan sampai waktu itu terbuang percuma tanpa ada nilai ibadah di sisi
Allah.
Sesungguhnya waktu yang sudah berlalu tak akan pernah kembali
selamanya. Ironisnya, setiap orang pasti sedih dan duka ketika ia
kehilangan hartanya namun mereka tak pernah menyayangkan umur yang
terbuang bertahun-tahun lamanya. Padahal umur kita di dunia sangat
singkat. Dan baik buruknya kita mengisi umur tersebut akan menentukan
kehidupan kita selanjutnya. Masa penantian yang begitu panjang di alam
barzakh dan kehidupan yang kekal abadi di akhirat. Umur kita adalah
kesempatan untuk beramal sebab di akhirat yang ada hanyalah hisab. Oleh
karena itu Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam menyampaikan sebuah
wasiat yang sangat agung bagi kita, beliau bersabda: "Pergunakanlah yang
lima sebelum datang yang lima: Masa mudamu sebelum datang masa tua,
masa sehatmu sebelum datang masa sakit, masa kayamu sebelum datang masa
miskin, masa luangmu sebelum datang masa sibuk, masa hidupmu sebelum
datang kematian. " [Hadits shahih, diriwayatkan oleh AI-Hakim dalam
Mustadraknya, nomor (IV/306), Abu Nu'aim nomor (IV/148), AI-Baghawi
dalam SyarhusSunnah nomor (V/i8z), Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd
nomor (2), AI-'Ajaluuni dalam Kasyfu/ Khafaa nomor (1/167), Ibnu Abi
Syaibah nomor (XII/223) dan dlcantumkan dalam Shahih al-Jaml' nomor
(1077).]
Sungguh ini adalah wasiat yang sangat komplit.
Mengarahkan setiap muslim kepada jalan yang seharusnya ditempuh. Juga
berisi penjelasan sebab-sebab meraih keselamatan. Alangkah butuhnya kita
kepada sebab-sebab tersebut yang kalaulah kita tidak mendapat petunjuk
kepadanya niscaya kita akan tetap terombang-ambing dalam kehidupan dunia
sampai ajal menjemput kita. Persis seperti kehidupan hewan ternak atau
bahkan lebih sesat lagi. Sesungguhnya hidup hanyalah kumpulan hari-hari.
Betapa merugi bila kita terus dibuai angan-angan sehingga lupa
memperbaiki amal.
Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata dalam bab berjudul "Bagaimana cara memperbaiki diri?." [Al Fawaa'id halaman 115-116]
"Marilah
segera menuju Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dalam Surga
Darussalam tanpa kesusahan, keletihan dan beban yang berat. Melalui
jalan yang paling pintas dan paling mudah. Yakni Sesungguhnya engkau
berada diantara dua masa, pada hakikatnya itulah umurmu! Yaitu masamu
sekarang ini di antara masa lalu dan masa depan. Masa lalumu perbaikilah
dengan bertaubat, menyesal dan memohon ampunan. Tentunya hal itu tidak
sukar bagimu, tidak sulit dan tidak perlu melewati pekerjaan berat.
Hanya menuntut aktifitas hatimu!"
Masa lalumu yang mungkin dipenuhi
dengan perbuatan maksiat hapuslah dengan taubat, kendati kata pepatah
mengatakan waktu itu laksana pedang, jika engkau tidak menebasnya maka
engkaulah yang kena tebas. Pepatah itu benar, hanya saja Allah
mengecualikan orang-orang yang bertaubat.
Meskipun engkau telah
menghabiskan masa lalumu dengan berzina, membunuh atau bahkan berbuat
syirik. Sesungguhnya siapa saja yang bertaubat dari perbuatan dosa maka
ia telah memperbaiki masa lalunya, bukan hanya kembali putih bagaikan
lembaran yang belum tergores pena, bahkan ditulis baginya kebaikan
sebagai ganti kejahatan, seolah-olah masa lalunya terisi dengan kebaikan
itu. Sesungguhnya tidak ada sesuatu-pun yang dapat menggugat ketetapan
Allah. Dialah yang berfirman:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah
ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam ke-adaan
terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan
amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
Al-Furqan: 68-70)
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan,
"Kemudian, hendaknya engkau menahan diri dari perbuatan dosa. Menahan
diri arti-nya non aktif dan merupakan pekerjaan yang santai. Tidak
membutuhkan aktifitas jasmani yang berat. Hanya butuh niat dan tekad
bulat yang membuat legawa badan, hati dan jiwamu Masa lalumu perbaikilah
dengan bertaubat, masa depan isilah dengan menahan diri dari perbuatan
dosa diiringi dengan tekad dan niat!"
Istighfar intinya ialah
meninggalkan perbuatan dosa yang telah lalu, adapun taubat intinya tidak
meneruskan perbuatan dosa itu di kemudian hari.
Allah telah menggabungkan kedua perkara itu dalam firman-Nya:
"Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan per¬buatan keji atau
menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui." (QS. All Imran: 135)
Ibnul
Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Anggota badan tidaklah tertuntut
bekerja keras dan bersusah payah dalam kedua perkara ini. Akan tetapi
kuncinya ada pada umurmu! Yakni masamu sekarang ini di antara masa lalu
dan masa depan! Jika engkau menyia-nyiakannya berarti engkau telah
menyia-nyiakan kebahagiaan dan keselamatanmu. Jika engkau berhasil
memanfaatkannya dan berhasil mengisi masa lalu dan masa depanmu berarti
engkau selamat dan sukses meraih ketenangan, kelezatan dan kenikmatan."
Hal ini mengungkap rahasia kewajiban mengiringi proses perbaikan diri
dengan taubat dan istighfar, Seperti yang Allah sebutkan dalam
firman-Nya:
"Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang,
(yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu
lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan
mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-An'am: 54)
Dan dalam firman-Nya:
"Kecuali
orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan.
Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. All
Imran: 89)
Makna perbaikan di sini mencakup pemanfaatan waktu sebaik-baiknya. Sebuah pepatah Arab mengatakan:
berlalu tinggallah kenangan Sementara asa masih dalam impian Maka manfaatkanlah waktu yang ada padamu sekarang!
Ibnul
Qayyim -rahimahullah- melanjutkan lagi, "Memanfaatkan waktu lebih berat
daripada memperbaiki masa lalu dan masa depan. Memanfaatkan waktu
berarti melakukan amal-amal paling utama, paling berguna bagi diri dan
paling banyak membawa kebahagiaan. Dalam hal ini manusia terbagi menjadi
beberapa tingkatan. Demi Allah, itulah kesempatanmu mengumpulkan bekal
untuk menyongsong Akhirat, ke Surga ataukah ke Neraka...."
Ibnul
Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Merupakan hak Allah atas hamba-Nya
di setiap waktu yang berlalu dalam hidupnya untuk menunaikan kewajiban
ubudiyah (yang bersifat ibadah) yang ia persembahkan kepada Allah dan
untuk mendekatkan dirinya kepada-Nya. Jika si hamba mengisi waktunya
dengan ibadah yang wajib ia lakukan pada saat itu, maka ia akan maju ke
depan menuju Allah. Sebaliknya, jika ia isi dengan mengikuti hawa nafsu,
bersantai ria atau menganggur, ia akan mundur ke belakang. Seorang
hamba kalau tidak melangkah maju, ia pasti bergerak mundur. Tidak ada
yang berhenti di tengah jalan. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
"(yaitu)
bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur." (QS.
Al-Mudatsir: 37) [Lihat kitab Al-Fawaaid halaman 187-188]Beliau melanjutkan, "Jika tidak maju, ia pasti mundur. Seorang hamba
senantiasa berjalan, tidak berhenti. Kalau tidak ke atas, pasti ke
bawah, kalau tidak maju ke depan, pasti mundur ke belakang..... Itulah
detik-detik kehidupan yang ber¬lalu dengan cepat menuju Surga atau
Neraka! Ada yang melaju cepat dan ada pula yang bergerak lamban. Ada
yang terus maju dan ada pula yang mundur. Tidak ada seorangpun yang
berhenti di tengah jalan! Hanya saja dalam perjalanan ini ada yang
berbeda arah tujuan dan ada pula yang berbeda akselerasi kecepatannya!"
[Madaarijus Salikin (1/267).]
Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Setiap
hari semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan
dirinya! Ada yang membebas-kan dirinya dan ada pula yang
mencelakakanya! " [Hadits riwayat Muslim]
Dalam hadits lain disebutkan:
"Wahai
Ka'ab bin 'Ujrah, semua orang tengah melanjut¬kan perjalanan
hidupnya....." [Hadits riwayat Abdurrazzaq (20719), Abd bin Humeid
(1138), Ahmad (111/321), Ibnu Hibban (7497), dan telah dinyatakan shahih
oleh Ibnu Hajar dalam AI-Amaali halaman 214]
Setiap insan melanjutkan perjalanannya, ada yang men-jual dirinya kepada Alloh Azza wa Jalla :
"Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka
dengan memberikan jannah untukmereka."(QS. At-Taubah: 111)
Dan ada
pula yang menjualnya kepada setan yang senantiasa mengintainya [[Ibnu
Taimiyyah telah mengisyaratkan penjelasan ini dalam Majmu' Fata-wa
(Vll/51), demikian pula Ibnul Qayyim dalam Ad-Dawaausy Syaafi halaman
123]
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Barangsiapa tidak
mengisi waktunya untuk Allah dan dengan petunjuk Allah maka ketimbang
dia hidup lebih baik mati! Apabila seorang hamba sedang mengerjakan
shalat, maka ia hanya memperoleh bagian dari shalatnya itu yang
dilakukan dengan khusyuk. la tidak memperoleh bagian apapun dari
hidupnya kecuali yang dilakukannya dengan petunjuk Allah dan
ditujukannya semata-mata untuk Allah."
Oleh karena itulah, kita
perlu mengetahui bimbingan nabawi dalam setiap gerak langkah dan ucapan
kita sehari-hari, sehingga setiap detik kehidupan yang kita lalui
benar-benar bernilai pahala di sisi Alloh Azza wa Jalla
Inilah
buku ini berusaha merangkum sebuah panduan bagi aktivitas muslim
sepanjang siang dan malam selama setahun sesuai yang dicontohkan oleh
teladan dan guru paling mulia, Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam
Dengan menerapkan sunnah ini, insya Allah kita dapat mengisi waktu
dengan nilai-nilai kebaikan
http://al-aisar.com/