Judul asli : Min haditsi Jibriil
Penulis : Syaikh Dr. Abdul Adzim bin Badawi Al Khalafi
Fisk : buku ukuran sedang, Softcover, 291 hal
Penerbit : Pustaka Al Inabah
Harga Rp 50.000
Harga Diskon Rp 40.000
Imam Muslim -rahimahulloh- telah meriwayatkan sebuah hadits dalam Kitab Shahihnya , dengan sanadnya dari Yahya bin Ya'mur dia berkata:
“Seorang yang pertama kali berbicara masalah takdir di Basrah adalah Ma'bad Al-Juhani. Maka saya bersama Humaid bin Abdurrahman Al-Himyari pergi untuk melaksanakan haji atau umrah. Kemudian kami berkata: ‘Kalau kita bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah nanti kita akan bertanya kepadanya tentang apa-apa yang telah dikatakan orang-orang itu tentang takdir.’ Maka kitapun secara kebetulan bertemu Abdullah bin Umar -rahimahulloh- yang sedang memasuki masjid. Kemudian kami mengapit lengannya, salah seorang dari kami di kanannya dan salah seorang lagi di sebelah kirinya dan saya menyangka bahwa temanku itu akan mewakilkan kepadaku untuk berbicara. Maka aku katakan: ‘ Wahai Abu Abdirrahman, sesungguhnya di daerah kami telah muncul orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan memisahkan antara Ilmu Allah (dengan perbuatan hamba, -pent) -kemudian Humaid bin Abdurrahman menjelaskan tentang mereka- dan mereka juga meyakini bahwasanya tidak ada takdir dan bahwa setiap urusan itu berjalan begitu saja’. Kemudian Ibnu Umar berkata: ‘Apabila kamu bertemu dengan orang-orang itu maka katakan kepada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dari aku. Dan demi Dzat yang Abdullah bin Umar bersumpah dengan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara mereka memiliki emas sebesar Uhud kemudian dia infakkan semuanya, Allah tidak akan menerima darinya sampai dia beriman kepada takdir.’
Kemudian Ibnu Umar berkata lagi: ‘Telah memberikan hadits kepadaku bapakku Umar bin Al-Khaththab -Rodliallohu Anhu- , dia berkata:
"Ketika kami bersama Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- pada suatu hari, tiba-tiba muncul kepada kami seorang laki-laki yang bajunya sangat putih sekali, dan rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas safar, dan kita satupun tidak ada yang mengenalinya. Sampai orang tersebut duduk kepada Nabi dan menempelkan lututnya kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua paha beliau . Kemudian dia berkata: ‘Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam! maka Rasulullah menjawab: Islam adalah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau berhaji ke Baitullah (Ka'bah) jika engkau mampu’. Lantas orang itu berkata: ‘Kamu benar’. Umar berkata: ‘Maka kami heran dengan orang ini, ia bertanya ia pula yang membenarkannya.’ Orang itu berkata:’ Beritahukanlah kepadaku tentang Iman! Rasululla menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir baik dan takdir buruk’. Orang itu berkata:’Kamu benar’. Kemudian ia bertanya lagi: ‘Beritahukanlah kepadaku tentang Ihsan!’, Rasulullah berkata: ‘ Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan apabila tidak mampu melihatnya maka sesungguhnya Allah melihatmu’. Kemudian dia bertanya: ‘Beritahukanlah kepadaku kapankah hari kiamat itu terjadi?’ Rasullah menjawab: ‘Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.’ Dia berkata lagi:’ Maka kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya!’, Rasulullah menjawab: ‘ Seorang budak yang melahirkan tuannya, dan engkau lihat orang yang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, tidak berkhitan, penggembala kambing yang mereka soling berlomba-lomba meninggikan bangunan’. Umar berkata:’ Kemudian orang itupun pergi. Maka aku berdiam diri beberapa saat’. Setelah itu Rasulullah bersabda: ‘Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu?’, Aku menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau berkata: ‘Sesungguhnya dia adalah jibril yang mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian."
Hadits Ini dari Musnadnya Umar -Rodliallohu Anhu- . Muslim -rahimahulloh- telah menyendiri dari Al-Bukhari -rahimahulloh- dalam meriwayatkan hadits ini. Dan telah meriwayatkan hadits ini pula sebagaimana (disebutkan) dalam catatan kaki kitab Jami'ul ulum wal Hikam (1/94), Musnad Al-lmam Ahmad (367), Abu Dawud (4695), At-Tirmidzi (2610), An-Nasa'i (8/97), Ibnu Majah (63), Ibnu Mandah dalam Al-Iman (1,14), Thoyalisy (hal. 24), Ibnu Hibban (168 dan 173), Al-Ajurry dalam Asy-Syari'ah (hal 188-189), Abu Ya'la (242), Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah (7/69-70) dan dalam Sya'abul Iman (3973) Al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah (2), Al-Marwazi dalam Ta'zhimu Qadrish Shalah (363-367), Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunah, dan Ibnu Kuzhaimah (2504).
Dan telah sepakat Al-Bukhari (50) dan Muslim (9) dalam mengeluarkan hadits ini dari Abu Hurairah.
Dan hadits ini juga telah diriwayatkan dari Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- oleh lima orang sahahat, yang telah disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathnl Bari' [1/115-116] dan mereka adalah Abu Dzar riwayat Abu Dawud dan An-Nasaa'i, Ibnu Umar diriwayatkan oleh Ahmad, Ath-Thabarani dan Abu Nu'aim, Anas diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kholqi af'alil 'Ibad. Dan Al-Bazaar, ia berkata: Sanadnya hasan, Jarir bin Abdullah Al-Bajali, riwayat Abu 'Awanah, Ibnu Abbas dan Abu 'Amir Al-Anshori riwayat Ahmad dan ia berkata: Sanad kedua hadits ini adalah hasan.
Imam Al-Qodhi 'lyadh berkata sebagaimana dalam Syarh An-Nawawi terhadap Shahih Muslim (1/158): Hadits ini mencakup keterangan seluruh tugas-tugas ibadah, baik yang lahiriyah dan batiniyah, dari pengikat-pongikat keimanan, amalan-amalan anggota badan, mengikhlaskan amalan-amalan yang tersembunyi, mcnjaga dari hal-hal yang merusak amalan. Sampai sesungguhnya ilmu-ilmu syariat seluruhnya kembali dan bercabang darinya. Kemudian ia berkata pula: Dan berdasarkan hadits ini dan bagian-bagiannya yang tiga, kami susun sebuah kitab yang kami beri nama "Maqoshidul Hisanfi ma Yulzimul Ihsan" dimana tidak keluar dari tiga bagiannya sedikitpun kewajiban-kewajiban, sunnah - sunnah, harapan-harapan, keharaman-keharaman, dan perkara-perkara yang makruh.
Imam An-Nawawi -rahimahulloh- berkata (1/160): "Danketahuilah bahwasanya hadits ini mengumpulkan berbagai macam ilmu, pengetahuan-pengetahuan, adab-adab dan hikmah-hikmah yang lembut. Bahkan hadits ini adalah pokoknya Islam sebagaimana yang telah kami nukilkan dari Al-Qodhi 'lyadh."
Imam Al-Qurthubi -rahimahulloh- sebagaimana dalam Fathul Bari (1/125) berkata: "Hadits ini tepat untuk dikatakan sebagai induknya sunnah, karena perkara-perkarayang terkadung di dalamnya dari berbagai ilmu sunnah."
Imam Ibnu Daqiqil 'led -rahimahulloh- dalam Syarah Arba'in berkata: "Hadits ini seperti induknya sunnah sebagaimana Al-Fatihah dinamakan induknya Al-Qur'an, karena kandungannya yang telah mengumpulkan makna-makna Al-Qur'an."
Imam Ibnu Rajab -rahimahulloh- berkata di dalam Jami'ul 'Ulum wal Hikam (1/97): "Ini adalah hadits yang agung yang mengandung keterangan seluruh agama ini, oleh sebab itulah Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam- bersabda di akhir hadits: “ Dia adalah jibril yang mendatangi kalian untuk mengajarkan kalian agama kalian “ setelah menjelaskan tingkatan Islam, iman dan ihsan dan menjadikan semuanya itu adalah agama."
Buku ini adalah Syarah dari Hadits Jibril yang telah masyhur di tengah-tengah muslimin yang telah disebutkan jalur sanad nya diatas, yaitu hadits dari Musnadnya shahabat yang mulia Al Faruq Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab -Rodliallohu Anhu- . Adapun yang memberikan syarah, penjelasan dan mengeluarkan faidah-faidah dari hadits tersebut adalah Syaikh Dr. Abdul Adzim bin Badawi Al Khalafi.
Banyak faidah yang dapat dipetik dari hadits yang agung lagi mulia ini, mulai dari faidah dalam aqidah, ibadah, adab dan akhlak serta faidah-faidah berharga lainnya. Simak pembahsan nya dalam buku ini
Penulis : Syaikh Dr. Abdul Adzim bin Badawi Al Khalafi
Fisk : buku ukuran sedang, Softcover, 291 hal
Penerbit : Pustaka Al Inabah
Harga Diskon Rp 40.000
Imam Muslim -rahimahulloh- telah meriwayatkan sebuah hadits dalam Kitab Shahihnya , dengan sanadnya dari Yahya bin Ya'mur dia berkata:
“Seorang yang pertama kali berbicara masalah takdir di Basrah adalah Ma'bad Al-Juhani. Maka saya bersama Humaid bin Abdurrahman Al-Himyari pergi untuk melaksanakan haji atau umrah. Kemudian kami berkata: ‘Kalau kita bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah nanti kita akan bertanya kepadanya tentang apa-apa yang telah dikatakan orang-orang itu tentang takdir.’ Maka kitapun secara kebetulan bertemu Abdullah bin Umar -rahimahulloh- yang sedang memasuki masjid. Kemudian kami mengapit lengannya, salah seorang dari kami di kanannya dan salah seorang lagi di sebelah kirinya dan saya menyangka bahwa temanku itu akan mewakilkan kepadaku untuk berbicara. Maka aku katakan: ‘ Wahai Abu Abdirrahman, sesungguhnya di daerah kami telah muncul orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan memisahkan antara Ilmu Allah (dengan perbuatan hamba, -pent) -kemudian Humaid bin Abdurrahman menjelaskan tentang mereka- dan mereka juga meyakini bahwasanya tidak ada takdir dan bahwa setiap urusan itu berjalan begitu saja’. Kemudian Ibnu Umar berkata: ‘Apabila kamu bertemu dengan orang-orang itu maka katakan kepada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dari aku. Dan demi Dzat yang Abdullah bin Umar bersumpah dengan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara mereka memiliki emas sebesar Uhud kemudian dia infakkan semuanya, Allah tidak akan menerima darinya sampai dia beriman kepada takdir.’
Kemudian Ibnu Umar berkata lagi: ‘Telah memberikan hadits kepadaku bapakku Umar bin Al-Khaththab -Rodliallohu Anhu- , dia berkata:
"Ketika kami bersama Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- pada suatu hari, tiba-tiba muncul kepada kami seorang laki-laki yang bajunya sangat putih sekali, dan rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas safar, dan kita satupun tidak ada yang mengenalinya. Sampai orang tersebut duduk kepada Nabi dan menempelkan lututnya kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua paha beliau . Kemudian dia berkata: ‘Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam! maka Rasulullah menjawab: Islam adalah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau berhaji ke Baitullah (Ka'bah) jika engkau mampu’. Lantas orang itu berkata: ‘Kamu benar’. Umar berkata: ‘Maka kami heran dengan orang ini, ia bertanya ia pula yang membenarkannya.’ Orang itu berkata:’ Beritahukanlah kepadaku tentang Iman! Rasululla menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir baik dan takdir buruk’. Orang itu berkata:’Kamu benar’. Kemudian ia bertanya lagi: ‘Beritahukanlah kepadaku tentang Ihsan!’, Rasulullah berkata: ‘ Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan apabila tidak mampu melihatnya maka sesungguhnya Allah melihatmu’. Kemudian dia bertanya: ‘Beritahukanlah kepadaku kapankah hari kiamat itu terjadi?’ Rasullah menjawab: ‘Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.’ Dia berkata lagi:’ Maka kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya!’, Rasulullah menjawab: ‘ Seorang budak yang melahirkan tuannya, dan engkau lihat orang yang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, tidak berkhitan, penggembala kambing yang mereka soling berlomba-lomba meninggikan bangunan’. Umar berkata:’ Kemudian orang itupun pergi. Maka aku berdiam diri beberapa saat’. Setelah itu Rasulullah bersabda: ‘Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu?’, Aku menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau berkata: ‘Sesungguhnya dia adalah jibril yang mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian."
Hadits Ini dari Musnadnya Umar -Rodliallohu Anhu- . Muslim -rahimahulloh- telah menyendiri dari Al-Bukhari -rahimahulloh- dalam meriwayatkan hadits ini. Dan telah meriwayatkan hadits ini pula sebagaimana (disebutkan) dalam catatan kaki kitab Jami'ul ulum wal Hikam (1/94), Musnad Al-lmam Ahmad (367), Abu Dawud (4695), At-Tirmidzi (2610), An-Nasa'i (8/97), Ibnu Majah (63), Ibnu Mandah dalam Al-Iman (1,14), Thoyalisy (hal. 24), Ibnu Hibban (168 dan 173), Al-Ajurry dalam Asy-Syari'ah (hal 188-189), Abu Ya'la (242), Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah (7/69-70) dan dalam Sya'abul Iman (3973) Al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah (2), Al-Marwazi dalam Ta'zhimu Qadrish Shalah (363-367), Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunah, dan Ibnu Kuzhaimah (2504).
Dan telah sepakat Al-Bukhari (50) dan Muslim (9) dalam mengeluarkan hadits ini dari Abu Hurairah.
Dan hadits ini juga telah diriwayatkan dari Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam- oleh lima orang sahahat, yang telah disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathnl Bari' [1/115-116] dan mereka adalah Abu Dzar riwayat Abu Dawud dan An-Nasaa'i, Ibnu Umar diriwayatkan oleh Ahmad, Ath-Thabarani dan Abu Nu'aim, Anas diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kholqi af'alil 'Ibad. Dan Al-Bazaar, ia berkata: Sanadnya hasan, Jarir bin Abdullah Al-Bajali, riwayat Abu 'Awanah, Ibnu Abbas dan Abu 'Amir Al-Anshori riwayat Ahmad dan ia berkata: Sanad kedua hadits ini adalah hasan.
Imam Al-Qodhi 'lyadh berkata sebagaimana dalam Syarh An-Nawawi terhadap Shahih Muslim (1/158): Hadits ini mencakup keterangan seluruh tugas-tugas ibadah, baik yang lahiriyah dan batiniyah, dari pengikat-pongikat keimanan, amalan-amalan anggota badan, mengikhlaskan amalan-amalan yang tersembunyi, mcnjaga dari hal-hal yang merusak amalan. Sampai sesungguhnya ilmu-ilmu syariat seluruhnya kembali dan bercabang darinya. Kemudian ia berkata pula: Dan berdasarkan hadits ini dan bagian-bagiannya yang tiga, kami susun sebuah kitab yang kami beri nama "Maqoshidul Hisanfi ma Yulzimul Ihsan" dimana tidak keluar dari tiga bagiannya sedikitpun kewajiban-kewajiban, sunnah - sunnah, harapan-harapan, keharaman-keharaman, dan perkara-perkara yang makruh.
Imam An-Nawawi -rahimahulloh- berkata (1/160): "Danketahuilah bahwasanya hadits ini mengumpulkan berbagai macam ilmu, pengetahuan-pengetahuan, adab-adab dan hikmah-hikmah yang lembut. Bahkan hadits ini adalah pokoknya Islam sebagaimana yang telah kami nukilkan dari Al-Qodhi 'lyadh."
Imam Al-Qurthubi -rahimahulloh- sebagaimana dalam Fathul Bari (1/125) berkata: "Hadits ini tepat untuk dikatakan sebagai induknya sunnah, karena perkara-perkarayang terkadung di dalamnya dari berbagai ilmu sunnah."
Imam Ibnu Daqiqil 'led -rahimahulloh- dalam Syarah Arba'in berkata: "Hadits ini seperti induknya sunnah sebagaimana Al-Fatihah dinamakan induknya Al-Qur'an, karena kandungannya yang telah mengumpulkan makna-makna Al-Qur'an."
Imam Ibnu Rajab -rahimahulloh- berkata di dalam Jami'ul 'Ulum wal Hikam (1/97): "Ini adalah hadits yang agung yang mengandung keterangan seluruh agama ini, oleh sebab itulah Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam- bersabda di akhir hadits: “ Dia adalah jibril yang mendatangi kalian untuk mengajarkan kalian agama kalian “ setelah menjelaskan tingkatan Islam, iman dan ihsan dan menjadikan semuanya itu adalah agama."
Buku ini adalah Syarah dari Hadits Jibril yang telah masyhur di tengah-tengah muslimin yang telah disebutkan jalur sanad nya diatas, yaitu hadits dari Musnadnya shahabat yang mulia Al Faruq Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab -Rodliallohu Anhu- . Adapun yang memberikan syarah, penjelasan dan mengeluarkan faidah-faidah dari hadits tersebut adalah Syaikh Dr. Abdul Adzim bin Badawi Al Khalafi.
Banyak faidah yang dapat dipetik dari hadits yang agung lagi mulia ini, mulai dari faidah dalam aqidah, ibadah, adab dan akhlak serta faidah-faidah berharga lainnya. Simak pembahsan nya dalam buku ini