Penulis: Khalid Muhammad Khalid
Ukuran: 17,5 x 24,5 cm
Tebal: 608 hal
Harga: Rp. 98.000,-
Ukuran: 17,5 x 24,5 cm
Tebal: 608 hal
Harga diskon Rp 83.000,-
ISBN: 978-602-98968-8-6
imprint: Ummul Qura
ISBN: 978-602-98968-8-6
imprint: Ummul Qura
Buku Rijâlun haular Rasûl ini memiliki beberapa keistimewaan, yang
membuatnya semakin populer dan melekat di hati banyak orang, di
antaranya:
Ditulis dengan gaya sastra yang halus, sehingga dengan itu Penulis mampu mentransfer cerita para sahabat kepada pembaca dengan pemaparan yang menarik dan tidak membosankan. Didukung pula dengan teknik bahasa yang piawai dalam pemilihan kalimat yang mampu mengaduk-aduk perasaan; seolah-olah pembacanya hidup bersama para tokoh yang agung tersebut, dari satu tokoh ke tokoh lainnya.
Selain bahasanya yang lembut dan susunan katanyayang istimewa, buku ini menggunakan ungkapan yang jelas dan style yang memesona. Tidak sulit bagi pembaca untuk memahaminya, seberapapun tingkat kepandaian atau wawasannya.
Pemaparan buku ini memang dibatasi pada peristiwa-peristiwa terpenting dari kehidupan 60 sahabat dalam satu jilid saja. Hanya yang paling menonjolyang dimuat.
Buku ini mampu menutup celah kekurangan tentang kisah-kisah para sahabat, yang selama ini tidak ditemukan di buku-buku Islam, karena penulisan sejarah pada umumnya tidak mampu menyatukan antara suatu kisah dan teknik penulisan modern, yang sesuai dengan konteks pembaca saat ini.
Beberapa faktor dan keistimewaan tersebut mampu membuat buku ini menempati posisi yang tinggi di hati kaum muslimin. Hampir bisa dipastikan tidak ada perpustakaan yang nihil dari buku ini.
Khalid Muhammad Khalid
Dikenal sebagai pemikir Islam kontemporer asal Mesir. Namanya meroket seiring dengan terbitnya karyanya ini, Rijalun haular Rasul. Ia juga memiliki karya-karya laintentangsirah nabawiyah dan biografipara sahabat Nabi, seperti Insaniyyatu Muhammad, 10 Ayyam fi Hayah Ar-Rasul, dan Khulafa’ Ar-Rasul. Karya-karyanya dikenal dengan gaya bahasa yang mudah dicerna.
Lahir pada Selasa, 27 Ramadhan 1339 H/15 Juni 1920 M di desa Udwah, Provinsi Syarqiyah, Mesir. Ia adalah putra dai kondang Mesir, Muhammad Khalid Tsabit. Menghabiskan masa kecil dengan belajar membaca, menulis,dan menghafal Al-Qur’an. Ayahnya menititipkannya kepada Syekh Husain untuk menghafal Al-Qur’an secara sempurna, yang ia selesaikan dalam waktu relatif singkat; sekitar 5 bulan saja. Selesai dari kelas hafalan Al-Qur’an, ia melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar selama sekitar 16 tahun. Lulusdan meraih gelar syahadah ‘aliyyah (sarjana) dari Fakultas Syariah pada 1364 H (1945 M).
Selepas kuliah dari Al-Azhar,ia bekerja sebagai pengajar selama sekitar 9 tahun hingga tahun 1954 M. Kemudian ditunjuk sebagai konsultan penerbitan oleh Kementerian Kebudayaan Mesir. Ia pun mengajukan pensiun atas keinginan sendiri pada tahun 1976 M. Berbagai tawaran untuk menjadi pejabat negara pernah mengalir kepadanya, baik pada era Presiden Jamal Abdunnashir maupun Anwar As-Sadat, namun ditolaknya semua.
Ahli ibadah yang sibuk dengan akhirat dan Rabb-nya ini memiliki kepribadian yang rendah hati dan bergaya hidup sederhana. Ini tidak lepas dari kedekatannya dengan guru sekaligus murabbinya di waktu muda, Syekh Muhammad Khaththab As-Subki; figur yang ia sifati sebagai mujaddid dan imam Ahlussunnah. Wafat di rumah sakit pada malam Jumat, 9 Syawwal 1416 H/29 Februari 1996 M dalam usia 76 tahun. Jenazahnya dishalatkan di Masjid Jami’ Al-Azhar dan dikebumikan di desa kelahirannya.
Ditulis dengan gaya sastra yang halus, sehingga dengan itu Penulis mampu mentransfer cerita para sahabat kepada pembaca dengan pemaparan yang menarik dan tidak membosankan. Didukung pula dengan teknik bahasa yang piawai dalam pemilihan kalimat yang mampu mengaduk-aduk perasaan; seolah-olah pembacanya hidup bersama para tokoh yang agung tersebut, dari satu tokoh ke tokoh lainnya.
Selain bahasanya yang lembut dan susunan katanyayang istimewa, buku ini menggunakan ungkapan yang jelas dan style yang memesona. Tidak sulit bagi pembaca untuk memahaminya, seberapapun tingkat kepandaian atau wawasannya.
Pemaparan buku ini memang dibatasi pada peristiwa-peristiwa terpenting dari kehidupan 60 sahabat dalam satu jilid saja. Hanya yang paling menonjolyang dimuat.
Buku ini mampu menutup celah kekurangan tentang kisah-kisah para sahabat, yang selama ini tidak ditemukan di buku-buku Islam, karena penulisan sejarah pada umumnya tidak mampu menyatukan antara suatu kisah dan teknik penulisan modern, yang sesuai dengan konteks pembaca saat ini.
Beberapa faktor dan keistimewaan tersebut mampu membuat buku ini menempati posisi yang tinggi di hati kaum muslimin. Hampir bisa dipastikan tidak ada perpustakaan yang nihil dari buku ini.
Khalid Muhammad Khalid
Dikenal sebagai pemikir Islam kontemporer asal Mesir. Namanya meroket seiring dengan terbitnya karyanya ini, Rijalun haular Rasul. Ia juga memiliki karya-karya laintentangsirah nabawiyah dan biografipara sahabat Nabi, seperti Insaniyyatu Muhammad, 10 Ayyam fi Hayah Ar-Rasul, dan Khulafa’ Ar-Rasul. Karya-karyanya dikenal dengan gaya bahasa yang mudah dicerna.
Lahir pada Selasa, 27 Ramadhan 1339 H/15 Juni 1920 M di desa Udwah, Provinsi Syarqiyah, Mesir. Ia adalah putra dai kondang Mesir, Muhammad Khalid Tsabit. Menghabiskan masa kecil dengan belajar membaca, menulis,dan menghafal Al-Qur’an. Ayahnya menititipkannya kepada Syekh Husain untuk menghafal Al-Qur’an secara sempurna, yang ia selesaikan dalam waktu relatif singkat; sekitar 5 bulan saja. Selesai dari kelas hafalan Al-Qur’an, ia melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar selama sekitar 16 tahun. Lulusdan meraih gelar syahadah ‘aliyyah (sarjana) dari Fakultas Syariah pada 1364 H (1945 M).
Selepas kuliah dari Al-Azhar,ia bekerja sebagai pengajar selama sekitar 9 tahun hingga tahun 1954 M. Kemudian ditunjuk sebagai konsultan penerbitan oleh Kementerian Kebudayaan Mesir. Ia pun mengajukan pensiun atas keinginan sendiri pada tahun 1976 M. Berbagai tawaran untuk menjadi pejabat negara pernah mengalir kepadanya, baik pada era Presiden Jamal Abdunnashir maupun Anwar As-Sadat, namun ditolaknya semua.
Ahli ibadah yang sibuk dengan akhirat dan Rabb-nya ini memiliki kepribadian yang rendah hati dan bergaya hidup sederhana. Ini tidak lepas dari kedekatannya dengan guru sekaligus murabbinya di waktu muda, Syekh Muhammad Khaththab As-Subki; figur yang ia sifati sebagai mujaddid dan imam Ahlussunnah. Wafat di rumah sakit pada malam Jumat, 9 Syawwal 1416 H/29 Februari 1996 M dalam usia 76 tahun. Jenazahnya dishalatkan di Masjid Jami’ Al-Azhar dan dikebumikan di desa kelahirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar