Kata orang cinta itu buta.Hatinya buta untuk melihat selain yang dicinta. Cinta itu tuli sehingga telinga tidak peduli dengan celaan yang ditujukan kepada kekasih jiwa.
Cinta adalah kecenderungan jiwa secara total kepada sang kekasih, kemudian mendahulukan kekasih ketimbang jiwa, ruh; dan harta.
Ada yang mengartikan bahwa cinta itu adalah rasa tenang yang tidak pernah gundah dan rasa gundah yang tidak pernah tenang.
Hati akan terus gundah dan tidak akan merasa tenang kecuali ketika bersama kekasihnya. Hatinya gelisah dan merana karena rindu kepadanya. Ia baru bisa tenang saat telah berada di sisinya.
Cinta laksana gerakan hati secara terus-menerus untuk mendapatkan sang kekasih dan rasa tenang manakala telah berada di sisinya. Dengan cinta ia merasa bahwa kekasih itu lebih dekat kepada dirinya dibandingkan nyawa dan ruhnya sendiri.
Memang sulit menjelaskan apa itu cinta.Yang pasti cinta itu lebih dari sekedar kata-kata.Sebab, cinta itu berkaitan dengan rasa.
Cinta adalah kecenderungan jiwa secara total kepada sang kekasih, kemudian mendahulukan kekasih ketimbang jiwa, ruh; dan harta.
Ada yang mengartikan bahwa cinta itu adalah rasa tenang yang tidak pernah gundah dan rasa gundah yang tidak pernah tenang.
Hati akan terus gundah dan tidak akan merasa tenang kecuali ketika bersama kekasihnya. Hatinya gelisah dan merana karena rindu kepadanya. Ia baru bisa tenang saat telah berada di sisinya.
Cinta laksana gerakan hati secara terus-menerus untuk mendapatkan sang kekasih dan rasa tenang manakala telah berada di sisinya. Dengan cinta ia merasa bahwa kekasih itu lebih dekat kepada dirinya dibandingkan nyawa dan ruhnya sendiri.
Memang sulit menjelaskan apa itu cinta.Yang pasti cinta itu lebih dari sekedar kata-kata.Sebab, cinta itu berkaitan dengan rasa.
Bagaimana seluk beluk cinta?
Anda akan mendapati penjelasan cinta secara lengkap pemaknaan cinta dari seorang ulama sunnah Al Imam Ibnul Qayyim - rahimahullah- , Anda akan mendapati pembahasan lengkap tentang cinta secara utuh.
Makna kata “ cinta” yang sering kita dengar seperti : Al Mahabbah ( cinta) , Al Hawa (hasrat/hawa nafsu), Al isyq ( cinta buta, mabuk asmara). Namun oleh dalam buku ini Imam Ibnul Qoyyim - rahimahullah- menjelaskan makna kata cinta dalam bahasa arab lebih dari 50 sinonim kata, yang masing-masing kata mengandung pengertian cinta namun dengan pengertian makna cinta yang berbeda yaitu: ' Al-Mahabbah, al Alaqaah, al-Hawa, as-Shabwah, As-shobabah, asy-Syaghaf, al-miqah, al-wajdu, al-kalafu, as-wajdu, at-tatayyum, al-'isyqu, al-jawa, ad-danaf, as-syajwu, as-syauqu, al-khalabatu, al-balaabil, at-ta-baarih, as-sadam, al-ghamarat, al-wahal, as-syajan, al- la'ij, al-ikti'ab, al-washab, al-huznu, al-kamad, al-la- dzu', al-huraqu, as-suhdu, al-araqu, al-lahfu, al-hanin, al-istikanah, at-tabalah, al-lau'ah, al-futuun, al-junun, al-lamam, al-khabal, ar-rasisi, ad-daa'ul mukhaamir, al-wuddu, al-khullatu, al-khilmu, al-gharam, al-hu- yam, at-tadliyatu, al-ivalahu, at-ta'abbud, “
Dan Allah - Azza Wa Jalla- menjadikan hati manusia sebagai tempat menyimpan, diantaranya menyimpan cinta .
Maka, hati yang baik adalah hati yang menyimpan kebaikan dan petunjuk dari Allah - Subhanahu Wa Ta'ala – dan Rosul Nya. Sedangkan hati yang paling jelek adalah yang paling menyimpan penyimpangan dan kerusakan. Penyimpangan, kesesatan, kerusakan hati yang muncul biasanya diawali dengan cinta.
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - juga memberikan kekuasaan hawa nafsu pada hati manusia. Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menguji hati itu untuk menentang/mengekang hawa nafsu, dengan menentang nafsu itu hati akan mendapatkan surga sebagai tempat kembalinya. Sebaliknya orang yang tidak berhak mendapatkan surga maka ia akan dilemparkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala karena ia memperturuti hawa nafsu.
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menjadikan hawa nafsu sebagai tunggangan jiwa yang senantiasa menyuruh kepada keburukan, sebagai makanan pokoknya dan juga sebagai penyakit bagi jiwa yang tenang -dan obatnya adalah dengan menyelisihi hawa nafsu itu sendiri-.
Dan Allah - Azza Wa Jalla- menjadikan hati manusia sebagai tempat menyimpan, diantaranya menyimpan cinta .
Maka, hati yang baik adalah hati yang menyimpan kebaikan dan petunjuk dari Allah - Subhanahu Wa Ta'ala – dan Rosul Nya. Sedangkan hati yang paling jelek adalah yang paling menyimpan penyimpangan dan kerusakan. Penyimpangan, kesesatan, kerusakan hati yang muncul biasanya diawali dengan cinta.
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - juga memberikan kekuasaan hawa nafsu pada hati manusia. Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menguji hati itu untuk menentang/mengekang hawa nafsu, dengan menentang nafsu itu hati akan mendapatkan surga sebagai tempat kembalinya. Sebaliknya orang yang tidak berhak mendapatkan surga maka ia akan dilemparkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala karena ia memperturuti hawa nafsu.
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menjadikan hawa nafsu sebagai tunggangan jiwa yang senantiasa menyuruh kepada keburukan, sebagai makanan pokoknya dan juga sebagai penyakit bagi jiwa yang tenang -dan obatnya adalah dengan menyelisihi hawa nafsu itu sendiri-.
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menjadikan hawa nafsu sebagai lawan dan penentang ajaran yang diturunkan kepada rasul-Nya. Allah juga menjadikan sikap memperturuti hawa nafsu sebagai kebalikan dari mengikuti para rasul. Lalu Allah membagi manusia menjadi dua golongan; pengikut wahyu dan pengikut hawa nafsu. Demikian ini disebutkan Allah dalam banyak tempat dalam al-Qur'an al-Karim. Di antaranya adalah firman Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -
"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka)." (al-Qashash: 50)
"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka)." (al-Qashash: 50)
Dalam ayat lain Allah berfirman,
"Sesungguhnya jika kamu mengikuti nafsu dan kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu." (al-Baqarah: 120)
"Sesungguhnya jika kamu mengikuti nafsu dan kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu." (al-Baqarah: 120)
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menyerupakan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan hewan yang paling buruk, baik rupa maupun jiwanya. Dalam satu kesempatan Allah menyerupakan mereka dengan anjing,
"Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing." (al-A'raf: 176)
Pada kesempatan lain Allah menyamakan mereka dengan keledai, seperti pada firman-Nya,
"Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut yang lari dari singa." (al-Muddatstsir: 50-51)
"Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut yang lari dari singa." (al-Muddatstsir: 50-51)
Orang yang memperturuti hawa nafsunya adalah orang yang tidak layak untuk diikuti dan ditaati, tidak pantas untuk dijadikan imam, pemimpin dan teladan. Sebab, Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - telah mencopotnya dari kepimpinan dan melarang dari mentaatinya. Dalam hal ini Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - berfirman,
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." Ibrahim menjawab, "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman, "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang dhalim' (al-Baqarah: 124)Maksudnya, kepimpinan tidak akan diberikan oleh kepada orang dhalim. Setiap orang yang mengikuti hawa nafsunya maka ia adalah dhalim. Sebagaimana firman Allah,
"Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan." (ar-Rum: 29)
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - juga melarang hamba-Nya untuk mentaati orang yang memperturuti hawa nafsu. Firman Allah,
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (al-Kahfi: 28)
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menjadikan orang yang memperturuti hawa nafsunya sebagai orang yang menyembah berhala. Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - berfirman
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya." (al-Furqan: 43)
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia." Ibrahim menjawab, "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku." Allah berfirman, "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang dhalim' (al-Baqarah: 124)Maksudnya, kepimpinan tidak akan diberikan oleh kepada orang dhalim. Setiap orang yang mengikuti hawa nafsunya maka ia adalah dhalim. Sebagaimana firman Allah,
"Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan." (ar-Rum: 29)
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - juga melarang hamba-Nya untuk mentaati orang yang memperturuti hawa nafsu. Firman Allah,
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (al-Kahfi: 28)
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - menjadikan orang yang memperturuti hawa nafsunya sebagai orang yang menyembah berhala. Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - berfirman
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya." (al-Furqan: 43)
Nafsu adalah dinding pagar yang mengitari Jahannam. Barangsiapa yang terseret ke dalam nafsu, berarti ia terseret ke dalam neraka, sebagaimana yang disebutkan dalam ash-Shahihain, dari Nabi, beliau bersabda,
"Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka dikelilingi dengan berbagai syahwat." [HR. al-Bukhari (6487) dan Muslim (2823) dari Abu Hurairah ]
"Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka dikelilingi dengan berbagai syahwat." [HR. al-Bukhari (6487) dan Muslim (2823) dari Abu Hurairah ]
Rosulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam – bersabda,
"Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti ajaran yang kubawa."
"Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti ajaran yang kubawa."
Dalam hadits shahih lainnya beliau bersabda,
"Ketakutan yang paling aku takutkan atas kalian adalah godaan dalam perut dan kemaluan, serta kesesatan hawa nafsu."
"Ketakutan yang paling aku takutkan atas kalian adalah godaan dalam perut dan kemaluan, serta kesesatan hawa nafsu."
Mengikuti hawa nafsu termasuk hal-hal yang membinasakan. Rasulullah , bersabda,
"Ada tiga hal yang membinasakan dan tiga hal yang menyelamatkan. Tiga hal yang membinasakan itu adalah kikir yang diikuti, hawa nafsu yang diperturuti dan ujub seorang terhadap dirinya sendiri. Sedangkan tiga hal yang menyelamatkan adalah takwa kepada Allah di saat sepi maupun di depan khalayak, sikap adil ketika ridha maupun marah, dan sikap hemat tatkala miskin maupun kaya."
"Ada tiga hal yang membinasakan dan tiga hal yang menyelamatkan. Tiga hal yang membinasakan itu adalah kikir yang diikuti, hawa nafsu yang diperturuti dan ujub seorang terhadap dirinya sendiri. Sedangkan tiga hal yang menyelamatkan adalah takwa kepada Allah di saat sepi maupun di depan khalayak, sikap adil ketika ridha maupun marah, dan sikap hemat tatkala miskin maupun kaya."
Inilah buku yang membahas cinta dalam perspektif Islam, sebagai nasehat kepada muslimin , bagimana sebaiknya seorang muslim menempatkan cinta-nya, spy tidak terjerumus dalam penghambaan kepada cinta dan hawa nafsu yang bisa menyeretnya ke jurang kerusakan dunia dan akherat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar