Judul asli : Silsilah Atsar Ash Shahihah aw Ash Shahih Al Musnad min Aqwalis Shahabah wat tabi’in
Penulis ; Abdulloh Ad Dani bin Munir Ali Zahwi
Fisik : Buku ukuran sedang, hardcover 2 jilid
Penerbit: Pustaka darul Iilmi
Harga Rp 150.000
Harga Diskon Rp 112.500
Sesungguhnya Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- telah
mengembalikan kita kepada kitab-Nya, kepada sunnah Rasul-Nya dan juga
kepada manusia-manusia yang paling mengetahui terhadap kitab dan sunnah
nabi-Nya,
Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- berfirman, “...Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui. (QS. an-Nahl[l6]: 43)
Dan Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala-
juga berfirman: “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu. "(QS. an-Nisa [4]:
59)
Jabir bin Abdillah -Rodliallohu Anhu- menjelaskan ayat ini,
beliau mengatakan, 'Orang-orang ahli fikih dan para ahli kebaikan'. (
Atsar ini dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan lainnya dengan sanai
yang jayyid(bagus).
Ibnu Mas'ud -Rodliallohu Anhu- pernah mengatakan:
“
Manusia itu akan senantiasa dalam keadaan baik selama ia mengambil ilmu
dari para shahabat Nabi Muhammad -Sholallahu Alaihi Wassalam- dan
dari orang-orang besar ( ulama) di kalangan mereka, namu ketika ilmu
itu diambil dari orang-orang kecil, niscaya mereka akan binasa.” (
hadits Dikeluarkan oleh Abdurrazaq -rahimahulloh- dalam mushannaf-nya
dan oleh lainnya dengan sanad yang shahih ]
Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah
orang-orang yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, tidak
membuat-buat, maka mereka lebih layak untuk mendapatkan taufiq dalam
memahami Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, tidak seperti orang-orang
yang tidak mengikuti jalan mereka, hal itu karena mereka dibekali oleh
Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- dengan akal yang cemer-ang, lisan yang
lurus, ilmu yang luas, mudah menerima, bisa memahami dengan cepat dan
baik, jarang atau bahkan tidak pernah menolak, memiliki niat yang baik,
dan ketakwaan yang tinggi kepada Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- . Bahasa
Arab pun sudah menjadi kebiasaan mereka, dalam fitrah dan akal mereka
telah tertanam makna-makna yang benar, mereka tidak perlu melihat isnad (
jalur sanad perawi) dan keadaan para perawinya, illat-illat hadits,
jarh wa ta'dil dan mereka juga tidak perlu mempelajari kaidah-kadah
ushul tidak perlu melihat kepada tabiat-tabiat ahli ushul fikih, meeka
semua tidak butuh akan itu semua.
Jadi tidak ada pada mereka kecuali
hanya mengatakan antara dua perkataan:
1. mereka hanya mengucapkan: "Allah berfirman seperti ini …dan "Rasulullah bersabda begin!..."; dan
2 . mereka berhak mengatakan, "Maknanya adalah demikian...."
Merekalah
orang-orang yang patut untuk mendapatkan dua perkara ini, dan mereka
pula yang paling berhak atas keduanya dari umat ini.
Oleh
sebab itu, Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- telah menjadikan momen-momen
mereka sebagai bagian dari agama, aqidah, manhaj, ibadah, dan akhlak,
inilah kebenaran yang harus diikuti. Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala-
ber¬firman:
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka .... (QS. at-Taubah [9]:
100)
Dan firman-Nya:
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang
kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk dan
jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan
(dengan kamu). (QS. al-Baqarah [2]: 137)
Dari Abdullah bin Mas'ud -Rodliallohu Anhu- ia berkata,
"Sesungguh-nya
Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- melihat hati-hati hamba-Nya, dan Dia
dapatkan hati Muhammad adalah hati yang paling baik di antara hati-hati
hamba-Nya, maka dipilihlah dia untuk diri-Nya. Kemudian, dia diutus
dengan risalah-Nya. Setelah dia melihat hati-hati hamba-Nya yang paling
baik setelah hati Muhammad , Dia dapatkan hati para shahabatnya adalah
sebaik-baik hati di antara hati hamba-Nya, maka mereka dijadikan
orang-orang yang berada di belakang nabi-Nya. Mereka berperang untuk
membela agama-Nya. Apa yang dipandang oleh orang-orang muslim itu
sebagai suatu kebaikan; di sisi Allah pun merupakan kebaikan. Apa yang
mereka pandang sebagai suatu keburukan, di sisi Allah juga merupakan
keburukan.”
[Atsar hasan, dikeluarkan Imam Ahmad dalam al-Musnad
(1/379, No. 3600, tahqiq Ahmad Syakir, al-Quthai'i dalam tambahannya
atas kitab Fadhailus Shahabat (541), Al Hakim dalam al-Mustadrak
(111/78), ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabir (IX / No. 8582), al-Ajuri
dalam asy-Syari'ah (11/413, 414/1204,1205,1206), Al Bazzar dalam Al
Bakhr Az Zakhar ( V/212/1816) atau Kasyful Astar ( I/81/130), Abu Bakar
bin An Naqur dalam Al Fawaaid (32), dan Ibnul A’rabi dalam Mu’jam nya (
III/443/861) ]
Sunnguh, Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- telah
menjadikan mereka sebagai manusia-manusia yang harus diikuti, maka siapa
pun yang datang setelah-nya, ia harus mengikuti mereka, dari sinilah
muncul nasihat-nasihat para ulama agar kita tidak keluar dari rel yang
mereka lalui. Apabila mereka berselisih hingga muncul dua pendapat di
antara mereka, maka tidak boleh kita membuat pendapat yang ketiga,
karena kebenaran pasti ada di antara mereka, bahkan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah -rahimahulloh- dan ulama yang sudah diakui kredibilitasnya
atas cakupan ilmu yang ia miliki, menetapkan bahwa mustahil bagi salah
seorang imam ketika ia menyendiri dengan pendapatnya dari imam-imam yang
lain, dan kebenaran berada padanya kecuali ia bersandar dengan
atsar-atsar beberapa shahabat atau minimal salah satu di antara mereka.
[Minhajus Sunnah, 5/178].
Ibnul Qayyim -rahimahulloh-
menisbatkah kebanyakan perselisihan pendapat yang ada kepada para ahli
ilmu, karena memang beliau tidak terikat dengan metode ini, hal itu
karena mungkin beliau tidak mengetahui atsar-atsar yang ada atau mungkin
karena mengikuti para imam yang ada, maka beliau mengatakan,
'Seandainya mereka sepakat akan hal itu, dan setiap mereka mengarahkan
orang-orang yang ia seru agar kembali kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian semuanya berhukum dengan sunnah dan atsar para shahabat,
niscaya perselisihan akan terminimalisir, walaupun tidak mungkin untuk
ditiadakan secara total di muka bumi ini. [ i'lamul Muwaqi'in, 3/226]
umat ini tidak mungkin bisa bangkit dari keterpurukannya kecuali dengan
kembali kepada apa yang Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam- dan para
shahabatnya berada di atasnya.
Alloh -Subhanahu Wa Ta'ala- berfirman:
“
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah
mempersatukan hati mereka. “ (QS. Al-Anfal[8]:63)
Maka segala usaha
yang bertujuan untuk mewujudkan kedamaian, jika usaha tersebut tidak
didasari dengan asas ini maka semuanya hanyalah usaha yang sia-sia.
Perbuatan sedikit tapi sesuai dengan sunnah itu jauh lebih baik daripada
banyak tetapi bid'ah.
Oleh sebab itu, sudah termasuk
kewajiban orang-orang yang memiliki ilmu untuk memperhatikan atsar-atsar
shaha¬bat -Rodliallohu Anhum-, dengan mempelajari dan memisahkan antara
atsar yang memang tsabit dari mereka dan atsar yang tidak tsabit dari
mereka. Semata-mata untuk menjaga agama, dan mem-buang
perselisihan-perselisihan yang sebenarnya mereka tidak berselisih
padanya, lalu semuanya dikembalikan kepada Kitab Allah dan Sunnah
Rasulullah -Sholallahu Alaihi Wassalam-
Inilah buku berisi kumpulan Atsar Shahabat , yang berisi 350 Atsar Shahabat dan Tabi’in
Atsar adalah segala yang disndarkan kepada Shahabat Rosululloh , atau tabi’in, baik berupa perkataan maupun perbuatan.