Jumat, 29 Juni 2012

Musuh dalam Selimut

 
Penulis: Ummu ‘Affan dan Ummu Abdirrahman

Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas. Salah satu ‘hasil’-nya, tayangan-tayangan televisi mengalir deras mewarnai kehidupan sebagian besar rumah tangga muslim tanpa terbendung. Ini jelas membawa implikasi serius. 

Tanpa disadari, kerusakan akhlak telah terjadi ancaman di depan mata.
Kususun tulisan yang sederhana ini, menghimpun akibat buruk media televisi dan media audiovisual lainnya.

Yang pertama, melalui layar televisi dan media sejenis, seseorang akan memandang wanita, padahal hal ini diharamkan, sama saja apakah memandang kepada diri wanita tersebut atau sekedar gambarnya. Firman Allah –Subhanahu wa Ta’ala- :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaknya mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka.” (An-Nur: 30)

Apabila memandang wajah wanita tidak diperbolehkan, bagaimana pula dengan orang yang melihat rambut wanita, terkadang dada bahkan seluruh tubuhnya, seakan-akan wanita tersebut hewan yang berjalan diatas bumi. Semua itu, biasanya menimbulkan keinginan atau fantasi untuk melakukan hal-hal yang Allah haramkan kaitannya dengan hasrat seksual.

Demikian pula seorang wanita akan memandang laki-laki, sementara seorang wanita berdosa apabila memandang laki-laki. Allah –Suhanahu wa Ta’ala- berfirman:
“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangan-pandangan mereka.” (An-Nur: 31)

Yang kedua, media ini menayangkan sisi buruk kehidupan masyarakat Barat serta visualisasi tentang gaya hidup musuh-musuh Islam yang acap ditiru oleh kaum muslimin.
Padahal Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Barangsiapa ,menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dihasankan oleh Ibnu Taimiyyah, Ibnu Hajar, dan Asy-Syaikh Al-Albani sebagaimana dalam Jilbabul Mar’ah Al-Muslimah, hal 203-204, dan juga oleh Asy-Syaikh Muqbil)

Yang ketiga, menonton televisi berarti telah menghabiskan waktu untuk kegiatan yang tidak ada manfaatnya, sementara Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Dua nikmat yang sebagian besar manusia terlena karenanya, kesehatan dan waktu luang.” (Shahih, HR. Al-Bukhari)

Yang keempat, shalat pun terabaikan dari waktunya. Terkadang berkumandang panggilan shalat ketika sebuah acara TV berlangsung, namun ia tidak menyambutnya hingga tuntasnya acara. Atau ia pergi menunaikannya, namun hatinya tersibukkan oleh keinginan untuk kembali mengikuti kelanjutan tayangannya itu, sehingga menghilangkan kekhusyukan shalatnya. Allah –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
” Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, yaitu yang lalai dari salatnya.” (Al-Ma’un: 4-5)
“Sesungguhnya salat itu adalah ketetapan yang telah ditentukan waktunya bagi kaum yang beriman.” (An-Nisa: 103)

Yang kelima, anak-anak terdidik oleh keyakinan-keyakinan yang merusak melalui film-film kartun. Padahal cukup bagimu hukum haramnya gambar hewan dan mahluk-mahluk yang bernyawa, yang Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- telah memperingatkannya. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya pembuat gambar-gambar ini mereka akan diadzab pada hari kiamat dan dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkanlah ciptaanmu ini’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Apa yang akan kita lihat dalam diri anak yang belajar dari film kartun? Bertakwalah pada Allah, wahai ayah bunda! Isilah waktu anak-anak kita dengan kesibukan menghapan Al-Quran maupun Sunnah Rasul-Nya –shalallahu ‘alaihi wa sallam-, karena kita akan ditanya tentang mereka pada hari kiamat nanti. Allah –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; di dalamnya terdapat malaikat-malaikat yang keras lagi kasar yang tidak pernah memaksiati Allah dalam apa yang diperintahkan pada mereka dan mereka melaksanakan apa yang diperintahkan pada mereka.” (At-Tahrim: 6)

Yang keenam, ketika menyaksikan televisi tentu juga akan mendengar nyanyian yang telah diharamkan oleh nash Al-Quran dan As Sunnah serta kesepakatan salafush shalih, Allah –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
Dan ada sebagian manusia yang membeli perkataan yang sia-sia untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu dan ia menjadikannya sebagai permainan.” (Luqman: 6)
Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- pun bersabda:
“Sungguh akan ada dari kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina dan sutra (bagi laki-laki) serta khamr dan nyanyian.” (HR. Al-Bukhari secara mu’allaq, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no.91)

Yang ketujuh, tak jarang terjadi pelecehan terhadap sejarah hidup Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- dan para shahabat melaui sandiwara atau film yang didalamnya berisi sesuatu yang tidak benar tentang beliau –shalallahu ‘alaihi wa sallam- maupun para shahabat. Ini termasuk kedustaan atas Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- Beliau bersabda:
“Barangsiapa yang membuat kedustaan atasku dengan sengaja maka hendaknya ia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Yang kedelapan, televisipun ikut menyebarkan perkara bid’ah, padahal Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- memberikan ancaman:
“Dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad dan yang lainnya)
“Barangsiapa mengada-adakan sesuatu didalaam agama kami ini yang bukan darinya maka tertolak”.: (Shahih, H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Yang kesembilan, televisi menyebarkan berita, baik yang benar maupun yang tidak benar kepada pemirsanya. Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- telah memperingatkan kita dari menukilkan setiap berita atau setiap perkara yang kita dengar:
“Cukuplah seorang dikatakan pendusta bila ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar.” (Shahih, HR. Muslim)

Yang kesepuluh, setelah pemilik televisi meninggal dunia ia mewarisi kemaksiatan bagi anak-anaknya, sementara Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Barangsiapa membuat suatu sunnah yang jelek di dalam Islam maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (Shahih, HR. Muslim)

Yang kesebelas, setelah Isya’ (prime time) di televisi selalu ditayangkan berbagai acara ‘menarik’. Demikian terus hingga tengah malam, hingga manusia tersibukkan dari berdzikir kepada Allah, padahal setiap sepertiga malam yang akhir Allah turun ke langit dunia dan berfirman:
“Siapakah yang berdoa kepada-Ku, hingga Aku mengabulkannya? Siapakah yang meminta pada-Ku yang Aku akan memberinya? Siapakah yang meminta ampunan-Ku hingga Aku akan mengampuninya? ” (Shahih, HR. Al Bukhari dan Muslim)
Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- melarang berbincang-bincang kosong setelah Isya’. Lalu bagaimana halnya orang yang begadang dalam keadaan maksiat?

Kedua belas, seorang yang terbiasa menikmati televisi berarti menenggelamkan dirinya dalam kemaksiatan, hingga dirinya tidak lagi merasa tengah bermaksiat. Ibarat ungkapan, terlalu banyak sentuhan akan menghilangkan kepekaan.
Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Fitnah itu terbentang dalam hati sebagaimana tikar selapis demi selapis. Hati manapun yang menyambutnya, maka fitnah itu akan meninggalkan satu noda hitam, sedangkan hati itu ada dua, hati yang putih seperti batu karang yang tidak akan berpengaruh padanya satu fitnah pun selama masih ada langit dan bumi, dan yang lain hati yang hitam, yang tidak mengenal baik dan tidak mengingkari perkara yang mungkar, ia semata-mata mengikuti hawa nafsunya.” (Shahih, HR. Muslim)

Ketiga belas, seringkali televisi menayangkan berita kecanggihan persenjataan kaum kuffar, atau berita membesar-besarkan kekuatan Amerika, Rusia atau negara-negara kafir lainnya. Ini menyebarkan kegelisahan dan acap membuat kaum muslim takut terhadap musuh-musuhnya dan melupakan kekuasaan Allah serta keperkasaan- Nya. Yang demikian ini adalah salah satu siasat musuh-musuh Islam –semoga Allah menghancurkan mereka-. Allah –Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
“Orang-orang musyrik itu tidak menjaga hubungan kekerabatan dengan orang-orang mukmin dan tidak pula menunaikan perjanjian, dan mereka itulah yang melampaui batas.” (At-Taubah: 10)
“Apakah kalian takut kepada mereka, sementara Allah-lah yang lebih berhak untuk kalian takuti jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (At-Taubah: 13)

Keempat belas, berbagai tayangan televisi secara tidak langsung mengajarkan cara-cara mencuri, merampok, dan tindak kriminal lainnya. Bahkan juga ditayangkan cara pembuatan khamr. Demikian seterusnya.. .

Kelima belas, ingatlah sabda Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam-
“Tiga golongan yang tidak dilihat Allah pada hari kiamat: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, dan dayyuts.” (HR. Ahmad dan An-Nasai, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 3071)
Dalam lafadz Ahmad:
“Tiga golongan yang Allah haramkan surga atas mereka: pecandu minuman keras, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan dayyuts orang yang membiarkan kemaksiatan dalam keluarganya. “

Dan dari hadits di atas, kita ketahui bahwa dayyuts adalah orang yang ridha keluarganya berbuat kemungkaran di dalam rumahnya. Maka kita pun hendaknya menyadari bahwa seluruh bahaya di atas adalah kemungkaran yang terjadi di dalam rumah kita. Apakah kita rela jika kelak Allah tidak melihat kepada kita pada hari kiamat nanti? Kita memohon pada Allah ampunan dan keselamatan, serta memohon agar Allah memberi taufiq kepada kita untuk menaati-Nya.

(Diterjemahkan secara ringkas dan dengan sedikit perubahan dari ‘Isyruna Mafsadah min Mafasid At-Tilifza karya Khalid Al-Ghurbani. Tulisan ini pernah diperlihatkan oleh penulis kepada Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i –rahimahullah- dan beliau menganjurkan agar disebarkan)
Asy Syariah Vol 1/No. 04/Desember 2003/ Syawwal 1424 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BLOG INI SILAHKAN DILIHAT DULU KATALOG DAN RESENSI BUKUNYA SEMOGA BERKENAN JAZAKUMULLAH KHOIRON KATSIRAN"