Penulis : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Harga : Rp.110.000,-
Harga diskon 82.500
Deskripsi : 400 hal. (SHC)
Fatwa-fatwa Ibnu Taimiyah dari Kitab Majmu' Fatawa Jilid 18. Membahas
khilafah Islamiyah, memerangi pemberontak, hukum murtad, pengadilan
negara, sumpah & nadzar dan makanan halal & haram.
Seringkali
kita kaum muslimin bingung dengan masalah yang satu ini: misalnya, apa
saja batasan kewajiban taat kepada pemerintah? Ditambah lagi dengan
begitu banyaknya orang-orang yang tidak berilmu berbicara dalam masalah
ini, apalagi ditambah dengan tidak jelasnya kesepakatan Ahlus Sunnah
mengenai ini bagi sebagian kaum muslimin, menyebabkan kebingungan yang
yang tiada henti. Padahal taat kepada pemimpin (pemerintah) adalah salah
satu kewajiban yang pokok yang dibebankan Allah di atas pundak kaum
muslimin.
Nabi SAW telah bersabda, "Dengarlah dan taatilah (pemimpin kalian),
sekalipun yang diangkat untuk memimpin kalian adalah seorang sahaya
negro yang kepalanya seperti kismis." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari no.
6723).
Hanya golongan khawarij yang menyeru kaum muslimin untuk membangkang
dan memberontak, dan ini adalah bentuk kesesatan mereka yang nyata,
sekalipun mereka adalah orang-orang yang lebih giat dalam shalat dan
lebih kuat dalam berpuasa, sebagaimana yang diisyaratkan Nabi
shallallahu alaihi wasallam dalam sabda beliau.
Mungkin sebagian kita akan bertanya, Benar, kita memang wajib taat,
tetapi itu apabila pemerintahan adalah khilafah. Maka bagaimana jika
berbentuk kerajaan atau lainnya?
Jawabannya dapat Anda jumpai dalam buku kita ini. Perlu kita ingat
bahwa buku kita ini ditulis oleh seorang ulama yang telah menerima
berbagai kezhaliman dari penguasa di zamannya, bahkan berulang kali
masuk keluar penjara karena fitnah terhadap beliau, tetapi bersama itu
semua, beliau tetap tegak di atas akidah yang pokok ini, yaitu bahwa
taat kepada pemimpin adalah wajib. Maka buku ini adalah salah satu buku
yang insya Allah dapat memperjelas segala sesuatu yang berkaitan dengan
kewajiban taat tersebut, dan dapat meluruskan segala kesimpang siuran
yang berkaitan dengannya; pertama, karena ditulis oleh salah seorang di
antara yang aling alim di jagad ini, dan kedua, karena penulisnya adalah
seorang yang telah mengalami bagaimana pentingnya bersatu di bawah
pemimpin sekalipun beliau sendiri mendapatkan cobaan karena itu.
Tentang Penulis
Beliau ialah: Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam al-Harrani,
kemudian ad-Dimasyqi. Dinisbahkan kepada al-Harran, adalah karena itu
adalah tempat kelahiran beliau, dan ad-Dimasyqi adalah karena beliau
berdomisili di kota Damaskus.
Syaikhul Islam adalah seorang ulama yang fenomenal. Beliau muncul
sebagai seorang yang gharib (asing) di tengah masyarakat Islam yang
telah terkoyak oleh kesyirikan, khurafat, kesesatan berbagai bid'ah,
fanatisme madzhab, dan kezhaliman penguasa Tartar kala itu. Dan hebatnya
adalah, bahwa semua elemen hitam itu serentak dan serempak memusuhi
Syaikhul Islam, tetapi beliau menghadapi semua itu dengan keikhlasan
yang kokoh, semangat yang tak pernah padam dan senantiasa yakin akan
datangnya janji Allah. Dan benar, Syaikhul Islam akhirnya muncul sebagai
pemanang; kemenangan kebenaran.
Sebagai gambaran agungnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di mata para
ulama, berikut ini adalah sebagian dari sanjungan mereka terhadap
beliau.
1) Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata, Aku tidak pernah melihat ada orang
yang lebih cepat dari beliau dalam mengambil ayat dan hadits yang
menjadi dalil atas suatu masalah yang tengah dibicarakan, dan tidak ada
yang lebih brilian dari beliau dalam mengingat perkataan dan sumber
rujukannya. As-Sunnah seakan terhampar di hadapan beliau dan tertulis di
ujung lisannya, yang beliau rangkai dengan kata-kata yang bagus dan
pandangan yang jeli. Beliau adalah ayat di antara ayat-ayat Allah dalam
tafsir. Dalam ushuluddin dan doktrin-doktrin golongan yang menyempal
dari Ahlus Sunnah, beliau adalah pakar. Di tambah lagi dengan sifat
kedermawanan dan keberanian beliau di medan jihad, dan bersama itu
semua, beliau adalah seorang yang jauh dari kenikmatan diri.
2) Imam Ibnul Wardi berkata, Syaikhul Islam lebih besar dari apa yang
dapat disebutkan oleh orang seperti saya. Jika saya bersumpah di antara
Hajar Aswad dengan Maqam Nabi Ibrahim, maka saya akan bersumpah bahwa
saya tidak pernah melihat dengan mata saya secara langsung orang alim
seperti beliau, bahkan beliau sendiri juga tidak pernah melihat orang
alim seperti diri beliau.
3) Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Imam Ibnu Daqiq al-Id berkata kepada
Syaikhul Islam, "Saya tidak pernah menyangka bahwa Allah masih
menciptakan manusia seperti Anda ini."