Tampilkan postingan dengan label Penerbit Media Tarbiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penerbit Media Tarbiyah. Tampilkan semua postingan
Rabu, 10 September 2014
Kamis, 27 Maret 2014
Sifat Shalat Tahajjud Rasulullah
Penulis : Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahtani
Penerbit : Media Tarbiyah
Cover : Soft Cover
Ukuran : 21 x15 cm
Berat : 197
Harga Diskon Rp 25.000
Buku ini menjelaskan definisi shalat Tahajjud, keutamaan shalat malam,
waktunya yang paling utama, jumlah rakaatnya, dan adab adab shalat malam
beserta sebab sebab yang bisa membantu untuk menunaikannya.
Kamis, 06 Maret 2014
Melangkah Menuju Husnul Khatimah
Penulis : DR. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthaniy
Penerbit : Media Tarbiyah, Bogor
Harga Diskon Rp 30.800,-
Su'ul Khatimah adalah pertanda bahwa di akhirat kelak akan mendapat siksa yang pedih. Lantas apa saja tanda-tanda Husnul Khatimah? Apa saja kiat-kiat agar dapat meraihnya? buku ini, " Melangkah Menuju Husnul Khatimah " akan memberikan jawabnya.
Selamat Membaca!
Kamis, 20 Desember 2012
615 Larangan dalam Syariat Islam
Harga:
Rp110.000,00
Harga diskon : Rp 82.500
Pengarang: Syaikh Muhammad Basyir att-Thahlawi
Penerbit: MEDIA TARBIYAH
Berat: 2,0 kg
Harga diskon : Rp 82.500
Pengarang: Syaikh Muhammad Basyir att-Thahlawi
Penerbit: MEDIA TARBIYAH
Berat: 2,0 kg
Buku ini terdiri dari 2 jilid(tanpa box)
Keadaan ummat Islam yang memprihatinkan sekarang ini tidak lain
adalah dampak yang timbul dari suatu penyakit yang berbahaya. Nabi
Muhammad SS telah memperingatkan penyakit ini serta menjelaskan
solusinya kepada kita. Akan tetapi, sayang sekali kita belum
mempraktekkan solusi yang dijelaskan oleh beliau tersebut, yaitu dengan
kembalinya mereka kepada agama mereka (Islam). Dan agar mereka dapat
kembali menjalankan syari'at agamanya, maka mereka wajib mempelajari dan
memahami agama Islam ini dengan pemahaman yang benar.
Syari'at Islam itu terbagi menjadi dua bagian; ada
perintah-perintah dan ada larangan-larangan. Dan dikarenakan buku ini
menghimpun berbagai larangan syari'at, maka isi kandungan buku ini
menjadi separuh dari syari'at Islam. Bahkan, apa yang dimuat dalam buku
ini merupakan bagian yang terpenting.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Apa yang telah
aku larang bagi kalian maka jauhilah, dan apa yang telah aku perintahkan
kepada kalian maka lakukanlah semampu kalian." [HR. Muslim, no. 1337
(130)]
Berdasarkan hadits di atas, maka kita diperintahkan untuk
menjauhi seluruh larangan Allah. Adapun bagian yang kedua, yakni
perintah-perintah, maka kita hanya dituntut untuk mengerjakan sebagian
saja yang mampu kita lakukan. Misalnya, orang yang tidak mempunyai
harta, ia tidak wajib berzakat, dan juga tidak diwajibkan menunaikan
ibadah haji bagi orang yang tidak mampu.
Karena kitab ini mencakup perincian dosa-dosa besar dan apa-apa
yang diharamkan serta apa-apa yang terlarang, maka buku ini meliputi
bagian yang besar dari syari'at Islam, dimana seorang muslim diwajibkan
untuk mempelajarinya agar ia kembali kepada agamanya, sebagaimana yang
Allah perintahkan.
Salah satu kelebihan buku ini ialah hanya memuat ayat-ayat dan
hadits-hadits yang shahih dan hasan saja, tidak mencantumkan
hadits-hadits yang dha'if dan maudhu'. Hal ini karena penentuan
perkara-perkara halal dan haram tidak boleh dilakukan kecuali dengan
menggunakan dengan hadits-hadits yang sah serta telah tetap dari
Rasulullah . Dengan kelebihan kitab seperti ini, maka Anda—wahai
Saudaraku—akan mampu mengambil manfaat dari pembahasan-pembahasannya
tanpa harus bersusah-payah untuk memilah apakah haditsnya shahih atau
dha'if. Kami memohon kepada Allah yang Mahatinggi dan Mahakuasa, semoga
buku ini bermanfaat bagi kami dan kaum muslimin.
Rabu, 07 November 2012
Membela Hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
Ukuran 16 x 24,5 cm
Sampul Keras
Penulis Abu Ubaidah Yusuf as-Sidawi
Penerbit Media Tarbiyah
ISBN 979-26-5871-2
Harga Buku Rp 88.000,-
Harga Diskon : Rp 68,000,-
Sampul Keras
Penulis Abu Ubaidah Yusuf as-Sidawi
Penerbit Media Tarbiyah
ISBN 979-26-5871-2
Harga Diskon : Rp 68,000,-
Di dalam ayat ke-25 surah Al-Furqaan, Allah
-'Azza wa Jalla- menyebut bahwa berdakwah dengan Al-Qur`an adalah jihad
yang besar. Maka tidaklah mungkin –wahai pembaca sekalian–, kita
mendakwahkan Al-Qur`an bila kita tidak memahamkan mereka ke
pada
As-Sunnah dan Hadits-hadits Nabi -'alaihish shalaatu was salaam-.
Mungkinkah kita dapat memahami Al-Qur`an dengan lurus tanpa memahami
Hadits-hadits Nabi -shallallaahu 'alaihi wa sallam-, yang ia merupakan
Sunnah-sunnah beliau?!
Oleh karena itu, Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullaah- berkata,
“Berjihad dengan hujjah (argumentasi) dan keterangan itu lebih dikedepankan daripada berjihad dengan pedang dan panah!”
Ini bukan berarti menihilkan jihad perang, akan tetapi inilah azas dari jihad. Bukankah Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wa sallam- memulai jihadnya dengan ilmu dan keterangan?!
Oleh karena itu, kita semua harus ada usaha dan keinginan dalam membela Sunnah Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wa sallam- dari orang-orang yang ingin merusak dan menolak Sunnah beserta orang-orang yang menyimpang darinya. Karena ini adalah jihad yang besar!”
Oleh karena itu, Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullaah- berkata,
“Berjihad dengan hujjah (argumentasi) dan keterangan itu lebih dikedepankan daripada berjihad dengan pedang dan panah!”
Ini bukan berarti menihilkan jihad perang, akan tetapi inilah azas dari jihad. Bukankah Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wa sallam- memulai jihadnya dengan ilmu dan keterangan?!
Oleh karena itu, kita semua harus ada usaha dan keinginan dalam membela Sunnah Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wa sallam- dari orang-orang yang ingin merusak dan menolak Sunnah beserta orang-orang yang menyimpang darinya. Karena ini adalah jihad yang besar!”
Buku yang kini berada di hadapan anda
merupakan sebuah upaya sederhana dari seorang hamba yang lemah untuk
berpartisipasi dalam mengadakan pembelaan terhadap sunnah Nabi serta
jawaban atas hujatan yang diarahkan kepadanya. Semoga buku ini bisa
dijadikan sebagai contoh dan pedoman dalam masalah penting ini.
Sebagaimana mungkin telah diketahui oleh
sebagian kita bahwa asli buku ini adalah beberapa artikel yang pernah
disusun oleh penulis beberapa tahun lalu dalam Majalah “Al Furqon” pada
rubrik hadits. Kemudian sebagian diantara saudara kami -bahkan ustadz
kami- mengusulkan agar artikel-artikel tersebut dibukukan. Maka dengan
memohon pertolongan kepada Allah, kami berusaha memenuhi usulan tersebut
karena kami menilai ini adalah sebuah usulan yang bermanfaat. Tentunya hal itu setelah adanya beberapa tambahan, perubahan dan pembenahan yang lebih baik dari sebelumnya sebagaimana diiketahui oleh seorang yang mau membandingkannya.
Pada kumpulan perdana ini, buku ini memuat beberapa pembahasan menarik yang berputar pada tiga tema pembahasan: aqidah, wanita, dan ilmu medis. Urutannya sebagai berikut:
- Dimana Allah?
- Turunnya Allah
- Adzab Kubur, Mutawatir atau Ahad?
- Kontroversi Imam Mahdi
- Dajjal, Imajinasi atau Fakta
- Turunnya Isa bin Maryam
- Maut disembelih
- Wahdatul Wujud, Salah Paham Hadits Wali
- Perpecahan Umat
- Wanita Di Saudi Arabia
- Presiden Wanita
- Nikah Tanpa Wali
- Hadits Lalat, antara Ilmu Hadits dan Ilmu Medis
- Penyakit Menular, antara Ahli Hadits dan Ahli Medis
- Sujudnya Matahari
Tak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada kedua orang tuaku yang telah membesarkanku, kepada para ustadzku di Ma’had Al Furqon, Gresik Jatim dan para masayikhku di Jami’ Ibnu Utsaimin, KSA yang tidak pelit untuk mengajarkan ilmu kepadaku, kawan-kawanku yang telah bergaul baik denganku, kru Majalah Al Furqon
yang tidak pelit dalam membantuku. Dan tak lupa, juga kepada saudara
dan saudari kami yang telah memberikan saran dan kritikannya tentang
artikel kami sehingga menjadi bahan berharga dalam perbaikan buku ini,
kami sebut secara khusus ukhti Ummu Hamzah Asma’, akhi Abu Khubaib Ahmad Shiddiqi, akhi Deni bin Abu Daris al-Ghifari,
dan selainnya. Bahkan juga kepada beberapa saudara kami yang
mengirimkan bantahan dan sanggahan, karena kritikan-kritikan tersebut
sangatlah mewah harganya bagi kami.
Rabu, 12 September 2012
Jumat, 03 Agustus 2012
Kupas Tuntas Iman kepada Malaikat
Penulis : DR. ‘Umar bin Sulaiman Al-’Asyqar, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, DR. Fadhl Ilahi
Penerbit : Media Tarbiyah
Harga Rp 88.000
Harga disc Rp 68.000
Berat : 0,8 Kg
1. Profil para Malaikat
2. Do’a & laknat Malaikat
3. Hal-hal yang dicintai dan yang dibenci Malaikat
4. Peranan Malaikat di dalam kehidupan manusia
5. Pengaruh iman kepada para Malaikat bagi setiap muslim
6. Hakikat alam jin dan setan
Miliki Segera Buku Ini!
Senin, 30 Juli 2012
Ritual Sunnah Setahun
Penulis : ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas
Fisik : Buku ukuran sedang, hardcover, 778 hlm
Penerbit : Media Tarbiyah
Fisik : Buku ukuran sedang, hardcover, 778 hlm
Penerbit : Media Tarbiyah
Harga Rp 160.000
Harga Disc Rp 120.000
Setiap manusia pasti melewati hari demi hari, Semuanya terasa berlalu begitu cepatnya. Begitulah kehidupan, setiap insan berpindah dari pagi ke petang, dan dari petang hingga pagi kembali. Akan tetapi, apakah setiap Muslim selalu bermuhasabah (introspeksi) terhadap dirinya atas setiap hari yang telah dilaluinya? Sehingga ia bisa melihat lembaran-lembaran harinya, dengan amal apa ia membukanya dan dengan amal apa ia menutupnya?
Seringkali manusia lalai berapa banyak hari, pekan, bulan, dan tahun yang telah dilaluinya dan berapa banyak umur telah dilewati. Sedikit sekali orang yang mau introspeksi terhadap dirinya, hingga mereka pun menjalani hari-harinya dalam kelalaian dan panjang angan-angan yang tidak ada fedahnya.
Tanyakanlah kepada diri Anda sendiri, sepanjang matahari terbit dan tenggelam apakah Anda telah menghisab (mengitung-hitung amalan) diri di awal suatu hari? Pernahkan Anda bertanya, "Amal shalih apakah yang hendak saya perbuat? Amal apakah yang akan saya hadirkan untuk hari ini?"
Saksikanlah, ketika fajar mulai menampakkan cahaya merahnya, kebanyakan manusia menyambut hari-harinya dengan niat yang tidak benar. Bahkan, hingga siang berlalu dan berganti malam, mereka kembali ke tempat tidurnya mereka dengan niat yang masih seperti itu.
Benar, bahwa umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. Padahal, setiap manusia akan senantiasa dihitung dan ditulis segala aktivitasnya pada hari-hari tersebut.
Allah Ta'ala berfirman,
“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lain engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata, 'Sungguh celaka kami! Kitab apakah ini? Tidak ada satu pun yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya ‘,Dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Rabb-mu tidak zhalim terhadap seorang jua pun. " (QS. Al-Kahfi: 49)
Allah Ta’ala juga berfirman,
"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan/' (QS Al-Infithaar: 10-12)
Seandainya orang-orang yang lalai itu menyadarinya, niscaya mereka akan memelihara diri dan menjaganya dari jalan kebinasaan. Sayangnya, jarang sekali orang yang sadar, dan sedikit sekali orang yang mewaspadai jalan itu.
Shahabat Abu Darda -Rodliallohu Anhu- mengatakan, "Apabila seseorang menjumpai suatu pagi, berkumpullah hawa nafsu dan amalnya. Jika amalnya menuruti hawa nafsunya, maka harinya menjadi hari yang buruk. Dan jika hawa nafsunya menuruti amalnya, maka harinya menjadi hari yang baik. “ [Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jauzi dalam Dzammul Hawaa (no. 22).]
Oleh karena itu, hendaklah setiap Muslim dan Muslimah memperhatikan keadaan dirinya, memperbanyak berdzikir kepada Allah, memohon tambahan fadhilah dan keberkahan serta meminta istiqamah di atas petunjuk-Nya, dan untuk bersegera beramal sholeh.
Maka, bersegeralah untuk memperbaiki keadaan dirimu, dan mintalah taufiq kepada Allah Ta'ala menuju jalan kebahagiaan.
Dan bagi orang-orang mengisi hari-harinya dengan kelalaian... Ketahuilah, bahwa dirimu tidak akan dibiarkan begitu saja! Engkau akan dihitung atas semua amalanmu dengan perhitungan yang tidak meluputkan sedikit pun!
Banyak orang yang memandang hidup ini identik dengan menikmati berbagai kesenangan dan kelezatan duniawi. Siang malam mereka habiskan waktu untuk mengejar dan mengurus urusan dunia. Dunia yang fana telah memperdaya mereka hingga melupakan kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat. Wajar saja, karena mereka tidak mengimani adanya kehidupan setelah mati. Mereka mengatakan:
"Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi." (QS. Al-Mu'minun: 37)
Orang-orang seperti ini pada hakikatnya sudah putus asa untuk menggapai kedudukan yang lebih mulia dan lebih utama. Sebab hakikat hidup jelas bertolak belakang dengan apa yang mereka yakini dan berlawanan dengan apa yang mereka duga. Hidup hakikatnya mengabdikan diri dengan beribadah kepada Rabb Yang Maha Hidup dan tidak akan mati. Itulah tujuan penciptaan jin dan manusia. Allah sa berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Maka seorang muslim hendaknya memperhatikan setiap detik yang ia lalui. Jangan sampai waktu itu terbuang percuma tanpa ada nilai ibadah di sisi Allah.
Sesungguhnya waktu yang sudah berlalu tak akan pernah kembali selamanya. Ironisnya, setiap orang pasti sedih dan duka ketika ia kehilangan hartanya namun mereka tak pernah menyayangkan umur yang terbuang bertahun-tahun lamanya. Padahal umur kita di dunia sangat singkat. Dan baik buruknya kita mengisi umur tersebut akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Masa penantian yang begitu panjang di alam barzakh dan kehidupan yang kekal abadi di akhirat. Umur kita adalah kesempatan untuk beramal sebab di akhirat yang ada hanyalah hisab. Oleh karena itu Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam menyampaikan sebuah wasiat yang sangat agung bagi kita, beliau bersabda: "Pergunakanlah yang lima sebelum datang yang lima: Masa mudamu sebelum datang masa tua, masa sehatmu sebelum datang masa sakit, masa kayamu sebelum datang masa miskin, masa luangmu sebelum datang masa sibuk, masa hidupmu sebelum datang kematian. " [Hadits shahih, diriwayatkan oleh AI-Hakim dalam Mustadraknya, nomor (IV/306), Abu Nu'aim nomor (IV/148), AI-Baghawi dalam SyarhusSunnah nomor (V/i8z), Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd nomor (2), AI-'Ajaluuni dalam Kasyfu/ Khafaa nomor (1/167), Ibnu Abi Syaibah nomor (XII/223) dan dlcantumkan dalam Shahih al-Jaml' nomor (1077).]
Sungguh ini adalah wasiat yang sangat komplit. Mengarahkan setiap muslim kepada jalan yang seharusnya ditempuh. Juga berisi penjelasan sebab-sebab meraih keselamatan. Alangkah butuhnya kita kepada sebab-sebab tersebut yang kalaulah kita tidak mendapat petunjuk kepadanya niscaya kita akan tetap terombang-ambing dalam kehidupan dunia sampai ajal menjemput kita. Persis seperti kehidupan hewan ternak atau bahkan lebih sesat lagi. Sesungguhnya hidup hanyalah kumpulan hari-hari. Betapa merugi bila kita terus dibuai angan-angan sehingga lupa memperbaiki amal.
Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata dalam bab berjudul "Bagaimana cara memperbaiki diri?." [Al Fawaa'id halaman 115-116]
"Marilah segera menuju Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dalam Surga Darussalam tanpa kesusahan, keletihan dan beban yang berat. Melalui jalan yang paling pintas dan paling mudah. Yakni Sesungguhnya engkau berada diantara dua masa, pada hakikatnya itulah umurmu! Yaitu masamu sekarang ini di antara masa lalu dan masa depan. Masa lalumu perbaikilah dengan bertaubat, menyesal dan memohon ampunan. Tentunya hal itu tidak sukar bagimu, tidak sulit dan tidak perlu melewati pekerjaan berat. Hanya menuntut aktifitas hatimu!"
Masa lalumu yang mungkin dipenuhi dengan perbuatan maksiat hapuslah dengan taubat, kendati kata pepatah mengatakan waktu itu laksana pedang, jika engkau tidak menebasnya maka engkaulah yang kena tebas. Pepatah itu benar, hanya saja Allah mengecualikan orang-orang yang bertaubat.
Meskipun engkau telah menghabiskan masa lalumu dengan berzina, membunuh atau bahkan berbuat syirik. Sesungguhnya siapa saja yang bertaubat dari perbuatan dosa maka ia telah memperbaiki masa lalunya, bukan hanya kembali putih bagaikan lembaran yang belum tergores pena, bahkan ditulis baginya kebaikan sebagai ganti kejahatan, seolah-olah masa lalunya terisi dengan kebaikan itu. Sesungguhnya tidak ada sesuatu-pun yang dapat menggugat ketetapan Allah. Dialah yang berfirman:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam ke-adaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan: 68-70)
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Kemudian, hendaknya engkau menahan diri dari perbuatan dosa. Menahan diri arti-nya non aktif dan merupakan pekerjaan yang santai. Tidak membutuhkan aktifitas jasmani yang berat. Hanya butuh niat dan tekad bulat yang membuat legawa badan, hati dan jiwamu Masa lalumu perbaikilah dengan bertaubat, masa depan isilah dengan menahan diri dari perbuatan dosa diiringi dengan tekad dan niat!"
Istighfar intinya ialah meninggalkan perbuatan dosa yang telah lalu, adapun taubat intinya tidak meneruskan perbuatan dosa itu di kemudian hari.
Allah telah menggabungkan kedua perkara itu dalam firman-Nya:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan per¬buatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. All Imran: 135)
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Anggota badan tidaklah tertuntut bekerja keras dan bersusah payah dalam kedua perkara ini. Akan tetapi kuncinya ada pada umurmu! Yakni masamu sekarang ini di antara masa lalu dan masa depan! Jika engkau menyia-nyiakannya berarti engkau telah menyia-nyiakan kebahagiaan dan keselamatanmu. Jika engkau berhasil memanfaatkannya dan berhasil mengisi masa lalu dan masa depanmu berarti engkau selamat dan sukses meraih ketenangan, kelezatan dan kenikmatan."
Hal ini mengungkap rahasia kewajiban mengiringi proses perbaikan diri dengan taubat dan istighfar, Seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
"Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An'am: 54)
Dan dalam firman-Nya:
"Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. All Imran: 89)
Makna perbaikan di sini mencakup pemanfaatan waktu sebaik-baiknya. Sebuah pepatah Arab mengatakan:
berlalu tinggallah kenangan Sementara asa masih dalam impian Maka manfaatkanlah waktu yang ada padamu sekarang!
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan lagi, "Memanfaatkan waktu lebih berat daripada memperbaiki masa lalu dan masa depan. Memanfaatkan waktu berarti melakukan amal-amal paling utama, paling berguna bagi diri dan paling banyak membawa kebahagiaan. Dalam hal ini manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan. Demi Allah, itulah kesempatanmu mengumpulkan bekal untuk menyongsong Akhirat, ke Surga ataukah ke Neraka...."
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Merupakan hak Allah atas hamba-Nya di setiap waktu yang berlalu dalam hidupnya untuk menunaikan kewajiban ubudiyah (yang bersifat ibadah) yang ia persembahkan kepada Allah dan untuk mendekatkan dirinya kepada-Nya. Jika si hamba mengisi waktunya dengan ibadah yang wajib ia lakukan pada saat itu, maka ia akan maju ke depan menuju Allah. Sebaliknya, jika ia isi dengan mengikuti hawa nafsu, bersantai ria atau menganggur, ia akan mundur ke belakang. Seorang hamba kalau tidak melangkah maju, ia pasti bergerak mundur. Tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
"(yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur." (QS. Al-Mudatsir: 37) [Lihat kitab Al-Fawaaid halaman 187-188]Beliau melanjutkan, "Jika tidak maju, ia pasti mundur. Seorang hamba senantiasa berjalan, tidak berhenti. Kalau tidak ke atas, pasti ke bawah, kalau tidak maju ke depan, pasti mundur ke belakang..... Itulah detik-detik kehidupan yang ber¬lalu dengan cepat menuju Surga atau Neraka! Ada yang melaju cepat dan ada pula yang bergerak lamban. Ada yang terus maju dan ada pula yang mundur. Tidak ada seorangpun yang berhenti di tengah jalan! Hanya saja dalam perjalanan ini ada yang berbeda arah tujuan dan ada pula yang berbeda akselerasi kecepatannya!"
[Madaarijus Salikin (1/267).]
Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Setiap hari semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya! Ada yang membebas-kan dirinya dan ada pula yang mencelakakanya! " [Hadits riwayat Muslim]
Dalam hadits lain disebutkan:
"Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, semua orang tengah melanjut¬kan perjalanan hidupnya....." [Hadits riwayat Abdurrazzaq (20719), Abd bin Humeid (1138), Ahmad (111/321), Ibnu Hibban (7497), dan telah dinyatakan shahih oleh Ibnu Hajar dalam AI-Amaali halaman 214]
Setiap insan melanjutkan perjalanannya, ada yang men-jual dirinya kepada Alloh Azza wa Jalla :
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan jannah untukmereka."(QS. At-Taubah: 111)
Dan ada pula yang menjualnya kepada setan yang senantiasa mengintainya [[Ibnu Taimiyyah telah mengisyaratkan penjelasan ini dalam Majmu' Fata-wa (Vll/51), demikian pula Ibnul Qayyim dalam Ad-Dawaausy Syaafi halaman 123]
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Barangsiapa tidak mengisi waktunya untuk Allah dan dengan petunjuk Allah maka ketimbang dia hidup lebih baik mati! Apabila seorang hamba sedang mengerjakan shalat, maka ia hanya memperoleh bagian dari shalatnya itu yang dilakukan dengan khusyuk. la tidak memperoleh bagian apapun dari hidupnya kecuali yang dilakukannya dengan petunjuk Allah dan ditujukannya semata-mata untuk Allah."
Oleh karena itulah, kita perlu mengetahui bimbingan nabawi dalam setiap gerak langkah dan ucapan kita sehari-hari, sehingga setiap detik kehidupan yang kita lalui benar-benar bernilai pahala di sisi Alloh Azza wa Jalla
Inilah buku ini berusaha merangkum sebuah panduan bagi aktivitas muslim sepanjang siang dan malam selama setahun sesuai yang dicontohkan oleh teladan dan guru paling mulia, Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam Dengan menerapkan sunnah ini, insya Allah kita dapat mengisi waktu dengan nilai-nilai kebaikan
“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lain engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata, 'Sungguh celaka kami! Kitab apakah ini? Tidak ada satu pun yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya ‘,Dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Rabb-mu tidak zhalim terhadap seorang jua pun. " (QS. Al-Kahfi: 49)
Allah Ta’ala juga berfirman,
"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan/' (QS Al-Infithaar: 10-12)
Seandainya orang-orang yang lalai itu menyadarinya, niscaya mereka akan memelihara diri dan menjaganya dari jalan kebinasaan. Sayangnya, jarang sekali orang yang sadar, dan sedikit sekali orang yang mewaspadai jalan itu.
Shahabat Abu Darda -Rodliallohu Anhu- mengatakan, "Apabila seseorang menjumpai suatu pagi, berkumpullah hawa nafsu dan amalnya. Jika amalnya menuruti hawa nafsunya, maka harinya menjadi hari yang buruk. Dan jika hawa nafsunya menuruti amalnya, maka harinya menjadi hari yang baik. “ [Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jauzi dalam Dzammul Hawaa (no. 22).]
Oleh karena itu, hendaklah setiap Muslim dan Muslimah memperhatikan keadaan dirinya, memperbanyak berdzikir kepada Allah, memohon tambahan fadhilah dan keberkahan serta meminta istiqamah di atas petunjuk-Nya, dan untuk bersegera beramal sholeh.
Maka, bersegeralah untuk memperbaiki keadaan dirimu, dan mintalah taufiq kepada Allah Ta'ala menuju jalan kebahagiaan.
Dan bagi orang-orang mengisi hari-harinya dengan kelalaian... Ketahuilah, bahwa dirimu tidak akan dibiarkan begitu saja! Engkau akan dihitung atas semua amalanmu dengan perhitungan yang tidak meluputkan sedikit pun!
Banyak orang yang memandang hidup ini identik dengan menikmati berbagai kesenangan dan kelezatan duniawi. Siang malam mereka habiskan waktu untuk mengejar dan mengurus urusan dunia. Dunia yang fana telah memperdaya mereka hingga melupakan kehidupan yang sebenarnya yaitu akhirat. Wajar saja, karena mereka tidak mengimani adanya kehidupan setelah mati. Mereka mengatakan:
"Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi." (QS. Al-Mu'minun: 37)
Orang-orang seperti ini pada hakikatnya sudah putus asa untuk menggapai kedudukan yang lebih mulia dan lebih utama. Sebab hakikat hidup jelas bertolak belakang dengan apa yang mereka yakini dan berlawanan dengan apa yang mereka duga. Hidup hakikatnya mengabdikan diri dengan beribadah kepada Rabb Yang Maha Hidup dan tidak akan mati. Itulah tujuan penciptaan jin dan manusia. Allah sa berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Maka seorang muslim hendaknya memperhatikan setiap detik yang ia lalui. Jangan sampai waktu itu terbuang percuma tanpa ada nilai ibadah di sisi Allah.
Sesungguhnya waktu yang sudah berlalu tak akan pernah kembali selamanya. Ironisnya, setiap orang pasti sedih dan duka ketika ia kehilangan hartanya namun mereka tak pernah menyayangkan umur yang terbuang bertahun-tahun lamanya. Padahal umur kita di dunia sangat singkat. Dan baik buruknya kita mengisi umur tersebut akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Masa penantian yang begitu panjang di alam barzakh dan kehidupan yang kekal abadi di akhirat. Umur kita adalah kesempatan untuk beramal sebab di akhirat yang ada hanyalah hisab. Oleh karena itu Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam menyampaikan sebuah wasiat yang sangat agung bagi kita, beliau bersabda: "Pergunakanlah yang lima sebelum datang yang lima: Masa mudamu sebelum datang masa tua, masa sehatmu sebelum datang masa sakit, masa kayamu sebelum datang masa miskin, masa luangmu sebelum datang masa sibuk, masa hidupmu sebelum datang kematian. " [Hadits shahih, diriwayatkan oleh AI-Hakim dalam Mustadraknya, nomor (IV/306), Abu Nu'aim nomor (IV/148), AI-Baghawi dalam SyarhusSunnah nomor (V/i8z), Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd nomor (2), AI-'Ajaluuni dalam Kasyfu/ Khafaa nomor (1/167), Ibnu Abi Syaibah nomor (XII/223) dan dlcantumkan dalam Shahih al-Jaml' nomor (1077).]
Sungguh ini adalah wasiat yang sangat komplit. Mengarahkan setiap muslim kepada jalan yang seharusnya ditempuh. Juga berisi penjelasan sebab-sebab meraih keselamatan. Alangkah butuhnya kita kepada sebab-sebab tersebut yang kalaulah kita tidak mendapat petunjuk kepadanya niscaya kita akan tetap terombang-ambing dalam kehidupan dunia sampai ajal menjemput kita. Persis seperti kehidupan hewan ternak atau bahkan lebih sesat lagi. Sesungguhnya hidup hanyalah kumpulan hari-hari. Betapa merugi bila kita terus dibuai angan-angan sehingga lupa memperbaiki amal.
Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata dalam bab berjudul "Bagaimana cara memperbaiki diri?." [Al Fawaa'id halaman 115-116]
"Marilah segera menuju Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dalam Surga Darussalam tanpa kesusahan, keletihan dan beban yang berat. Melalui jalan yang paling pintas dan paling mudah. Yakni Sesungguhnya engkau berada diantara dua masa, pada hakikatnya itulah umurmu! Yaitu masamu sekarang ini di antara masa lalu dan masa depan. Masa lalumu perbaikilah dengan bertaubat, menyesal dan memohon ampunan. Tentunya hal itu tidak sukar bagimu, tidak sulit dan tidak perlu melewati pekerjaan berat. Hanya menuntut aktifitas hatimu!"
Masa lalumu yang mungkin dipenuhi dengan perbuatan maksiat hapuslah dengan taubat, kendati kata pepatah mengatakan waktu itu laksana pedang, jika engkau tidak menebasnya maka engkaulah yang kena tebas. Pepatah itu benar, hanya saja Allah mengecualikan orang-orang yang bertaubat.
Meskipun engkau telah menghabiskan masa lalumu dengan berzina, membunuh atau bahkan berbuat syirik. Sesungguhnya siapa saja yang bertaubat dari perbuatan dosa maka ia telah memperbaiki masa lalunya, bukan hanya kembali putih bagaikan lembaran yang belum tergores pena, bahkan ditulis baginya kebaikan sebagai ganti kejahatan, seolah-olah masa lalunya terisi dengan kebaikan itu. Sesungguhnya tidak ada sesuatu-pun yang dapat menggugat ketetapan Allah. Dialah yang berfirman:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam ke-adaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan: 68-70)
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Kemudian, hendaknya engkau menahan diri dari perbuatan dosa. Menahan diri arti-nya non aktif dan merupakan pekerjaan yang santai. Tidak membutuhkan aktifitas jasmani yang berat. Hanya butuh niat dan tekad bulat yang membuat legawa badan, hati dan jiwamu Masa lalumu perbaikilah dengan bertaubat, masa depan isilah dengan menahan diri dari perbuatan dosa diiringi dengan tekad dan niat!"
Istighfar intinya ialah meninggalkan perbuatan dosa yang telah lalu, adapun taubat intinya tidak meneruskan perbuatan dosa itu di kemudian hari.
Allah telah menggabungkan kedua perkara itu dalam firman-Nya:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan per¬buatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (QS. All Imran: 135)
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Anggota badan tidaklah tertuntut bekerja keras dan bersusah payah dalam kedua perkara ini. Akan tetapi kuncinya ada pada umurmu! Yakni masamu sekarang ini di antara masa lalu dan masa depan! Jika engkau menyia-nyiakannya berarti engkau telah menyia-nyiakan kebahagiaan dan keselamatanmu. Jika engkau berhasil memanfaatkannya dan berhasil mengisi masa lalu dan masa depanmu berarti engkau selamat dan sukses meraih ketenangan, kelezatan dan kenikmatan."
Hal ini mengungkap rahasia kewajiban mengiringi proses perbaikan diri dengan taubat dan istighfar, Seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
"Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An'am: 54)
Dan dalam firman-Nya:
"Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. All Imran: 89)
Makna perbaikan di sini mencakup pemanfaatan waktu sebaik-baiknya. Sebuah pepatah Arab mengatakan:
berlalu tinggallah kenangan Sementara asa masih dalam impian Maka manfaatkanlah waktu yang ada padamu sekarang!
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan lagi, "Memanfaatkan waktu lebih berat daripada memperbaiki masa lalu dan masa depan. Memanfaatkan waktu berarti melakukan amal-amal paling utama, paling berguna bagi diri dan paling banyak membawa kebahagiaan. Dalam hal ini manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan. Demi Allah, itulah kesempatanmu mengumpulkan bekal untuk menyongsong Akhirat, ke Surga ataukah ke Neraka...."
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Merupakan hak Allah atas hamba-Nya di setiap waktu yang berlalu dalam hidupnya untuk menunaikan kewajiban ubudiyah (yang bersifat ibadah) yang ia persembahkan kepada Allah dan untuk mendekatkan dirinya kepada-Nya. Jika si hamba mengisi waktunya dengan ibadah yang wajib ia lakukan pada saat itu, maka ia akan maju ke depan menuju Allah. Sebaliknya, jika ia isi dengan mengikuti hawa nafsu, bersantai ria atau menganggur, ia akan mundur ke belakang. Seorang hamba kalau tidak melangkah maju, ia pasti bergerak mundur. Tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
"(yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur." (QS. Al-Mudatsir: 37) [Lihat kitab Al-Fawaaid halaman 187-188]Beliau melanjutkan, "Jika tidak maju, ia pasti mundur. Seorang hamba senantiasa berjalan, tidak berhenti. Kalau tidak ke atas, pasti ke bawah, kalau tidak maju ke depan, pasti mundur ke belakang..... Itulah detik-detik kehidupan yang ber¬lalu dengan cepat menuju Surga atau Neraka! Ada yang melaju cepat dan ada pula yang bergerak lamban. Ada yang terus maju dan ada pula yang mundur. Tidak ada seorangpun yang berhenti di tengah jalan! Hanya saja dalam perjalanan ini ada yang berbeda arah tujuan dan ada pula yang berbeda akselerasi kecepatannya!"
[Madaarijus Salikin (1/267).]
Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:
Setiap hari semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya! Ada yang membebas-kan dirinya dan ada pula yang mencelakakanya! " [Hadits riwayat Muslim]
Dalam hadits lain disebutkan:
"Wahai Ka'ab bin 'Ujrah, semua orang tengah melanjut¬kan perjalanan hidupnya....." [Hadits riwayat Abdurrazzaq (20719), Abd bin Humeid (1138), Ahmad (111/321), Ibnu Hibban (7497), dan telah dinyatakan shahih oleh Ibnu Hajar dalam AI-Amaali halaman 214]
Setiap insan melanjutkan perjalanannya, ada yang men-jual dirinya kepada Alloh Azza wa Jalla :
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan jannah untukmereka."(QS. At-Taubah: 111)
Dan ada pula yang menjualnya kepada setan yang senantiasa mengintainya [[Ibnu Taimiyyah telah mengisyaratkan penjelasan ini dalam Majmu' Fata-wa (Vll/51), demikian pula Ibnul Qayyim dalam Ad-Dawaausy Syaafi halaman 123]
Ibnul Qayyim -rahimahullah- melanjutkan, "Barangsiapa tidak mengisi waktunya untuk Allah dan dengan petunjuk Allah maka ketimbang dia hidup lebih baik mati! Apabila seorang hamba sedang mengerjakan shalat, maka ia hanya memperoleh bagian dari shalatnya itu yang dilakukan dengan khusyuk. la tidak memperoleh bagian apapun dari hidupnya kecuali yang dilakukannya dengan petunjuk Allah dan ditujukannya semata-mata untuk Allah."
Oleh karena itulah, kita perlu mengetahui bimbingan nabawi dalam setiap gerak langkah dan ucapan kita sehari-hari, sehingga setiap detik kehidupan yang kita lalui benar-benar bernilai pahala di sisi Alloh Azza wa Jalla
Inilah buku ini berusaha merangkum sebuah panduan bagi aktivitas muslim sepanjang siang dan malam selama setahun sesuai yang dicontohkan oleh teladan dan guru paling mulia, Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam Dengan menerapkan sunnah ini, insya Allah kita dapat mengisi waktu dengan nilai-nilai kebaikan
http://al-aisar.com/
Senin, 09 Juli 2012
Sifat Puasa Nabi
Harga Rp 28.000
Harga Rp. 23.000 (Diskon )
Penulis: Syaikh Bin Baaz, Syaikh Al-Albani, Syaikh Utsaimin
Penerbit: Media Tarbiyah
Penerbit: Media Tarbiyah
Ketahuilah saudara-saudaraku.
Sesungguhnya puasa merupakan ibadah dan termasuk ketaatan yang paling
utama. Diantara buktinya Allah telah mewajibkannya bagi seluruh umat
untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Seandainya puasa bukan suatu ibadah
yang mulia, tentu seorang hamba tidak akan membutuhkannya untuk
beribadah kepada Allah, yang di dalamnya terdapat pahala yang ditetapkan
Allah untuk semua manusia.
Puasa di bulan Ramadhan adalah diantara sebab dosa diampuni dan kesalahan dihapuskan.
Pahala berpuasa tidak terikat dengan angka, bahkan pahalanya tidaklah terbatas.
Allah menjadikan puasa hanya
untuk-Nya, berbeda dengan ibadah yang lainnya. Hal ini karena mulianya
puasa di sisi Allah Ta’ala. Cinta Allah terhadap orang yang berpuasa dan
nilai keikhlasan yang nampak dalam pelaksanaannya. Karena puasa adalah
rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya, dan tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah.
Puasa adalah kesabaran daalam
ketaatan kepada Allah, kesabaran terhadap apa yang diharamkan dan
kesabaran atas apa saja yang Allah tetapkan.
Selasa, 12 Juni 2012
Kamis, 17 Mei 2012
Misteri do’a-do’a Malaikat
![]() |
Judul Buku : Misteri do’a-do’a Malaikat
Penulis : DR Fadhl Ilahi
Penerbit : Media Tarbiyah
Harga diskon : Rp 22500
|
Di balik sisi ghaib Malaikat,
tersimpan rahasia dan hikmah yang menakjubkan. Banyak dari pembahasan
tentang Malaikat tidak boleh disepelekan. Itulah yang menyebabkan para
ulama mengupas berbagai segi terkait dengan keberadaan Malaikat.
Kesadaran bahwa mengimani ‘makhluk ghaib’ Malaikat adalah salah satu
dari rukun Iman sangat dituntut atas keyakinan setiap muslim sejati.
Yang menarik, Malaikat ternyata memiliki
beragam permohonan kepada Allah Ta’ala. Malaikat tidak pernah berkata
sepatah kata pun dan tidak pernah melakukan perbuatan satu pun melainkan
atas ridha Allah Ta’ala. Lantas, bagaimana mungkin
permohonan-permohonan mereka ditolak?
Buku “Misteri Doa-Doa Malaikat” ini
mencoba menganalisis tentang beragam permohonan Malaikat, baik berbentuk
doa maupun berbentuk laknat. Atas apakah mereka memohon? Dr. Fadhl
Ilahi mengulasnya tuntas dalam buku ini. Kepakaran, keluasan serta
kedalaman pengetauan penulis akan nash-nash syar’i telah diakui para
ulama masa kini. Sehingga pembaca tidak perlu ragu lagi untuk mengikuti
ulasan demi ulasan cemerlang beliau dalam buku ini.
Langganan:
Postingan (Atom)