Rabu, 23 Mei 2012

Ummi Izinkan Aku Menangis

Harga: Rp.37.000 Disc  -> Rp.30.000 (belum termasuk ongkos kirim) Penulis: Abu Uyainah As-Sahaby Penerbit: Darul Ilmi Publishing
Ummi Izinkan Aku Menangis

Ummi…
Ketika Aku melihatmu
Entah kenapa terpancar dari wajah teduhmu ketenangan
Terbesit dari balik senyummu keindahan
Dan terasa lebih indah jika aku ceritakan semua ini
Pada bintang yang berkilauan…

Ummi…
Izinkanlah aku menangis
Jika air matamu menangis
Jika air matamu terjatuh karena kedurhakaanku
Kedua tanganmu memelukku karena kerinduanmu padaku
Bibir dan lisanmu yang kau basahi dengan dzikir dan doa
Demi mengharapkan keshalihan agama dan akhlakku

Ummi…
Ketika detak jantungku mulai berdetak kencang
Dan terasa akan berhenti..
Saraf dalam tubuhku mulai merasakan sakit yang tidak akan terobati
Denyut nafas dalam jiwaku mulai terasa berhenti
Maka, hanya kalimat maaf yang masih terlantun lembut
Dari lubuk hati kecilku..
Buku diatas adalah seuntai risalah cinta yang ditulis oleh seorang pemuda belia penggembala kambing.  Berisi untaian kata-kata penuh hikmah sarat makna, mengajak kita untuk memahami betapa mulianya kedua orang tua. Maka jangan sampai air matanya mengalir karena kedurhakaan kita. Imam Abu Hanifah Rahimahullah pernah berkata, “Demi Allah bukanlah pukulan cambuk yang menyakitkanku, akan tetapi cucuran air mata ibundaku yang membuat hatiku terluka.” Segera seka air matanya dan buatlah ia bahagia!

Menegakkan Tauhid, Menghidupkan Sunnah Seputar Bulan Rajab

Saat ini kita telah memasuki bulan rajab yang termasuk salah satu dari bulan-bulan haram sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa (At-Taubah 36)
Empat bulan haram itu disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam berikut :
إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق السماوات والأرض السنة اثنا عشر شهرا منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القَعدة وذو الحجة والمحرم ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان (رواه البخاري ومسلم).
“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti pada hari penciptaan langit dan bumi, setahun terdapat dua belas bulan dan empat di antaranya adalah bulan haram dan tiga diantaranya berturut-turut, yaitu dzul qa’dah, dzul hijjah, muharram dan rajab mudhar yang berada di antara jumadil awal, jumadil akhir dan sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bulan-bulan haram memiliki kedudukan yang agung, dan bulan rajab termasuk salah satu dari empat bulan tersebut. Dinamakan bulan-bulan haram karena :
Diharamkannya berperang di bulan-bulan itu kecuali musuh yang memulai.
Keharaman melakukan perbuatan-perbuatan maksiat di bulan ini lebih besar di bandingkan bulan yang lain.
Allah berfirman :
يا أيها الذين آمنوا لا تحلوا شعائر الله ولا الشهر الحرام
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram” (Al-Maidah 2)
Yaitu janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan sehingga merusak kesucian bulan-bulan tersebut. Larangan ini mencakup melakukan atau beritikad melakukan perbuatan dosa.
Karena kedudukannya yang khusus itu maka hendaklah dijaga kesucian bulan-bulan haram dengan menjauhi maksiat, sebab kadar dosa dan maksiat akan diperbesar karena pemuliaan Allah atas bulan-bulan tersebut. Karena itulah Allah telah secara khusus memperingatkan kita di ayat yang lalu agar jangan menzalimi diri di bulan-bulan itu padahal secara umum perbuatan tersebut diharamkan pada setiap waktu.
Do’a memasuki bulan rajab
Di antara do’a yang dibaca ketika memasuki bulan rajab sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dari sahabat Anas bin Malik radhiallahu’anhu adalah :
اللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان
“Ya Allah berkahilah kami di bulan rajab dan sya’ban dan sampaikanlah (umur) kami hingga ramadhan”. Hanya saj hadits ini dilemahkan oleh sebagian ulama ahli hadits.
Amalan-amalan yang terjadi di bulan Rajab dan hukumnya
1- Puasa di bulan Rajab :
Keutamaan berpuasa di bulan rajab tidaklah bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam ataupun dari sahabat-sahabatnya. Syari’at berpuasa di dalamnya sama dengan yang ada di bulan-bulan yang lain seperti puasa senin dan kamis, berpuasa tiga hari biydh dan puasa Dawud (sehari berpuasa dan sehari tidak). Sedangkan Umar radhiallahu’anhu melarang untuk menghususkan berpuasa di bulan rajab karena hal itu menyerupai perbuatan orang jahiliyah.
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata : “Tidak ada hadits shahih yang bisa dijadikan hujjah (landasan hukum) tetang keutamaan bulan rajab, termasuk puasa di dalamnya atau puasa tertentu dan shalat tertentu yang khusus dilakukan dibulan rajab. Sedangkan hadits-hadits yang ada tentang hal itu terbagi dua : dhaif (lemah) dan maudhu (palsu)”!!. Hadits-hadits tersebut dikumpulkannya dengan jumlah 11 hadits dhaif dan 21 hadits maudhu.
Imam Ibnu Qayim berkata: “Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam tidak pernah berpuasa selama tiga bulan berturut-turut (yaitu rajab, sya’ban dan ramadhan) sebagaimana yang banyak dilakukan orang. Tidaklah puasa khusus rajab maupun puasa-puasa lain di bulan itu lebih disukai dibandingkan di bulan-bulan yang lain”.
Dalam fatwa laznah ad-Daimah dikatakan bahwa tidak diketahui adanya sumber syar’i tentang pengkhususan puasa pada hari-hari di bulan rajab.
2. Umrah di bulan Rajab
Tidak ada satu hadits pun yang menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam berumrah (khusus) di bulan rajab. Oleh karena itu mengkhususkan umrah di bulan rajab serta meyakini bahwa umrah di dalamnya terdapat keutamaan yang tertentu, adalah termasuk perbuatan bid’ah. Tidak pernah Rasulullah menetapkan berumrah di bulan rajab, bahkan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu’anha. telah mengingkari hal tersebut (HR. Bukhari)
Syeikh Muhammad bin Ibrahim berkata dalam fatwanya : “Pengkhususan beberapa hari rajab dengan amalan seperti ziyarah dan lain-lain tidaklah memiliki sumber hukum. Sebagaimana yang ditetapkan oleh Imam Abu Syamah dalam kitab al-bida’ wa al-hawadits, bahwa tidak ada pengkhususan ibadah di waktu-waktu yang tidak dikhususkan oleh syar’i. Karena tidak ada waktu yang lebih utama dari waktu yang lain kecuali jika syari’at telah mengutamakannya, bisa dengan hanya mengutamakan ibadah tertentu atau mengutamakan semua amalan baik dalam waktu tersebut yang berbeda dengan waktu yang lain. Oleh karena itu para ulama mengingkari adanya pengkhususan bulan rajab dengan memperbanyak umrah. Akan tetapi jika seseorang berumrah di bulan rajab tanpa meyakini adanya keutamaan khusus umrah dibulan itu maka tidak apa-apa.
3. Shalat Raghaib
Yaitu shalat sebanyak dua belas raka’at setelah shalat maghrib pada awal jum’at dengan enam kali salam. Dibaca pada setiap raka’at setelah surat fatihah surat al-Qadr tiga kali, surat al-Ikhlas dua belas kali dan setelah selesai melaksanakan shalat membaca shalawat Nabi sebanyak tujuh puluh kali dan berdo’a sekehendak hati.
Shalat ini dibuat oleh para pendusta. Tentang hal itu Imam Nawawi berkata : “Itu termasuk bid’ah yang buruk dan kemungkaran yang besar, maka hendaklah ditolak dan ditinggalkan. Termasuk kemungkaranlah bagi yang mengerjakannya”.
Ibnu Jauzi berkata “Tidak diragukan lagi bahwa itu merupakan perbuatan bid’ah yang mungkar dan haditsnya palsu” (al-Maudu’at : 2/124).
Syeikh Islam Ibnu Taymiyah berkata : “Shalat raghaib merupakan bid’ah berdasarkan kesepakatan para ulama agama seperti Imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah, Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Al-Laits dan lainnya. Sedangkan hadits yang diriwayatkan tentang hal itu menurut para ahli hadits adalah suatu kebohongan.
Ditambahkan oleh al-Hafidz Ibnu Rajab : Hadit yang diriwayatkan tentang kekhsusuan shalat raghaib di bulan rajab itu adalah kebohongan dan batal. Shalat itu merupakan bid’ah dalam pandangan jumhur ulama… hadits tetang hal itu muncul setelah empat ratus tahun kemudian dan tidak diketahui oleh para pendahulu dan tidak pernah mereka bicarakan. (Lathaif al-Ma’arif : 228).
4. Berkumpul dan merayakan Mi’raj pada malam ke 27 di bulan rajab
Tidak ada dalil yang menentukan tanggal tersebut maupun bulannya. Terdapat perbedaan besar tentang hal ini yang pada hakekatnya itu suatu kebodohon. “Tidak ada dalam hadits-hadits sahih pengkhususan malam itu, jika ada yang mengkhususkannya itu tidaklah sah dan tidak ada sumbernya”. Ini dijelaskan dalam Kitab al-Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibnu Katsir (2/107) dan kitab Majmu’ul Fatawa (25/298).
Pengkhususkan malam tersebut dalam bentuk menambah ibadah seperti shalat malam dan puasa di siang harinya, atau menampakkan kegembiraan dan suka cita dengan mengadakan perayaan-perayaan yang bercampur dengan perbuatan-perbuatan haram seperti ikhtilat (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim), nyanyian dan musik. Ini semua nyata tidak boleh dilakukan pada dua hari ‘ied yang ada syaria’tnya apalagi hari-hari ‘ied yang bid’ah seperti perayaan isra dan mi’raj ini.
Shalat pada malam ke 27 atau sering dikenal dengan nama shalat malam mi’raj adalah termasuk perbuatan bid’ah yang tidak ada sumbernya (lihat kitab Khatimatu safar as-Sa’adah oleh Fayruz Abadi (150) dan kitab At-Tankit oleh Ibnu Hammat (97)). Adapun dikatakan bahwa peristiwa Isra Mi’raj berada di bulan rajab dan berada pada tanggal tersebut, menurut ahli ta’dil wa tajrih adalah juga termasuk kebohongan (lihat kitab al-Ba’its (232) dan Mawahib al-jalil (2/408)).
Abu Ishaq Ibrahim al-Harbi berkata bahwa persitiwa isra dan mi’raj Rasulullah SAW terjadi pada tanggal 27 rabi’ul awal (lihat kitab al-Ba’its (232) Syarh Muslim oleh Imam Nawawi (2/209) Tabyinul ‘Ujb (21) Mawahib al- Jalil (2/308)). Adapun yang melaksanakan shalat di malam ke 27 rajab berdalil dengan riwayat yang berbunyi :
في رجب ليلة كُتب للعامل فيها حسنات مائة سنة وذلك لثلاث بقين من رجب ..
“Di Bulan rajab terdapat suatu malam yang akan dicatat bagi yang melaksanakan kebaikan di waktu itu dengan kebaikan seratus tahun, yaitu pada tiga hari terakhir bulan rajab…”
Hadits ini diriwayatkan oleh imam Baihaqi dalam kitabnya Asy-Syu’ab (3/374) yang telah ia dha’if-kan sebagaimana juga telah didhai’if-kan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya Tabyin al-’Ujb (25). Para ulama juga telah bersepakat bahwa malam yang paling utama dalam setahun adalah malam lailatul qadar, hal ini tentu bertentangan dengan hadits di atas.

5. Pemotongan hewan kurban (‘atirah)
Beberapa ulama mensunahkan pemotongan hewan pada bulan rajab berdasarkan dalil hadits yang diriwayatkan oleh Mukhannaf ibn Salim radhiallahu’anhu berikut :
كنا وقوفا مع النبي صلى الله عليه وسلم بعرفات فسمعته يقول : ( يا أيها الناس على كل أهل بيت في كل عام أضحية وعتيرة هل تدرون ما العتيرة ؟ هي التي تسمونها الرجبية ) رواه أحمد وأبو داود والنسائي والترمذي
Kami berwuquf bersama Rasulullah SAW di Arafah, dan saya mendengar beliau bersabda : “Wahai sekalian manusia, kewajiban setiap keluarga melakasanakan ‘atirah (kurban) setiap tahun, tahukah kamu apa itu ‘atirah? Itulah yang kamu sekalian namakan rajabiyah (kurban di bulan rajab).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai dan Tirmidzi).
Imam Tirmidzi berkata : ini adalah hadits hasan gharib yang hanya diketahui melalui hadits ibn Aun. Hadits ini didha’ifkan oleh Ibnu Hizam, Abdul Haq dan Ibnu Katsir.
Jumhur ulama telah bersepakat bahwa hadits itu dimansuh oleh hadtis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. berikut :
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لا فَرَعَ ولا عَتِيرَة. رواه البخاري ومسلم
Rasulullah SAW bersabda : tidak ada fara’ juga ‘atirah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Abu Dawud berkata bahwa fara’ itu adalah onta yang disembelih untuk berhala kemudian dimakan dagingnya dan kulitnya digantung di atas pohon dan ‘atirah adalah korban yang dilaksanakan pada sepuluh pertama bulan rajab. ‘Atirah ini merupakan kebiasaan masyarakat jahiliyah. Yang kemudian hal itu dilarang Rasulullah SAW.
6. Ziyarah kubur di bulan rajab.
Fenomena yang nampak juga dilakukan beberapa kalangan masyarakat adalah melaksanakan ziyarah kubur di bulan rajab dengan beranggapan bahwa itu lebih utama dibandingkan di bulan-bulan yang lain. Ini juga termasuk perbuatan bid’ah yang tidak pernah dicontohkan di zaman Rasululullah SAW dan para sahabat. Ziyarah kubur memang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan dilakukan kapan saja dalam setahunnya.
Adapun hal yang disyari’atkan dan dianjurkan dilaksanakan di bulan rajab adalah:
Meninggalkan perbuatan yang dilarang dan diharamkan seperti menzalimi diri sendiri, serta memperbanyak ketaatan pada Allah dan memperbanyak perbuatan baik. Bertobat nasuha dan kembali pada Allah SWT serta mempersiapkan diri memasuki bulan ramadhan agar termasuk para pemenang di bulan tersebut dan memperoleh lailatul qadar. Persiapan dilakukan dengan cara melatih hati dan jasmani dengan ibadah dan ketaatan dan merendahkan diri di hadapan Allah serta melaksanakan segala perintahNya.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Disarikan dari makalah :
- Tanbiihaat haula syahr rajab oleh Ibrahim Al-Haddadi
- Syahr Rajab bain al-mubtada’ wa al-masyru’ oleh Dr. Naif bin Ahmad bin Ali Al-Hamd


 by Abdillah Rahmat on Wednesday, May 23, 2012 at 3:56pm

Keyakinan, Ucapan & Perbuatan Pembatal Keislaman

Penulis : DR. Abdul Aziz bin Muhammad al-Abdul Lathif,
Penerbit: Pustaka Sahifa
Harga : Rp 139,000
Harga Diskon 25% : Rp 104,250
Semua kaum Muslimin insya Allah paham dengan apa-apa yang membatalkan wudhu, Shalat dan Puasa. Tentu ini adalah suatu yang menggembirakan, karena mengetahui apa-apa yang membatalkan suatu ibadah adalah suatu kewajiban. Akan tetapi yang lebih wajib dari itu adalah mengetahui apa-apa yang membatalkan Iman dan Islam yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, atau terjatuh ke dalam kekufuran. Yang membatalkan Iman bisa berupa keyakinan, ucapan dan perbuatan, dan bentuknya banyak, yaitu syirik, mencaci Allah, mengingkari sesuatu dari Syariat, menghina Nabi SAW, mengingkari kebangkitan kembali di akhirat, mengaku sebagai nabi, dan sebagainya. Dan buku kita ini, yang aslinya adalah disertasi doktoral, mengulas setiap masalah tersebut secara akademis, menyeluruh, metodologis, dan kuat berdasarkan al-Qur`an, as-Sunnah yang shahih, dan ijma' serta dilengkapi dengan perkataan-perkataan ulama dalam masing-masing masalah. Kajilah buku ini agar Anda dan orang-orang di sekitar Anda terhindar dari ketergelinciran ke dalam kekufuran tanpa disadari.

Muawiyah Bin Abu Sufyan

Penulis : Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi
1076 hal. (HC)
Harga
: Rp.159.000,- 
Harga Disc 25%  Rp 119.250

 Mu'awiyah bin Abu Sufyan telah menjadi orang besar sejak Rasulullah masih hidup, yaitu sebagai salah seorang penulis wahyu. Di zaman kekhalifahan Abu Bakar , Mu'awiyah adalah salah seorang panglima penting dalam penaklukan Syam. Pada masa Umar , Mu'awiyah telah muncul menjadi sosok yang unggul hingga khalifah Umar menyerahkan Damaskus dan Ba'labak di bawah kepemimpinannya. Dan di masa Utsman , Mu'awiyah meraih puncak pencapaian yang gemilang; berhasil menaklukkan banyak wilayah di Syam, salah satu pusat kekuatan Romawi paling kokoh ketika itu. Dan di masa itu pula, untuk pertama kali, umat Islam berhasil membentuk pasukan angkatan laut yang hebat, dan ini sekali lagi adalah jasa Mu'awiyah. 

Tetapi ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, kenapa Mu'awiyah tidak mau berbai'at? Sikap Mu'awiyah ini kemudian memicu berbagai peristiwa besar: Perang Shiffin, peristiwa tahkim, munculnya Khawarij, munculnya agama Syi'ah; yang hingga kini semua itu terus menjadi bahan kajian menarik. Buku ini, mengulas secara faktual disertai dengan analisa yang kuat, semua yang terjadi dalam kurun waktu itu, kasus demi kasus; sehingga berbagai peristiwa yang tampak bagaikan tumpukan peristiwa acak, dan fitnah tumpang tindih menjadi terurai dan terpetakan dengan jelas. 

Di antara gerakan Jihad yang dilakukan Mu'awiyah adalah menghadapi Romawi Byzantium yang berpusat di Konstantinopel, yang ketika itu adalah palang pintu benua Eropa. Dan yang paling spektakuler adalah keberhasilan Mu'awiyah menaklukkan Afrika Utara seluruhnya. Kemudian menaklukkan ke arah timur hingga mencapai Khurasan, Sijistan, dan negeri-negeri seberang sungai Jaihun (kini: Sungai Amu Darya). Mu'awiyah telah mengabdikan hidupnya di jalan Allah selama empat puluh tahun; dua puluh tahun sebagai gubernur dan dua puluh tahun sebagai khalifah, yang sepanjang masa itu penuh dengan torehan jasa yang luar biasa bagi kaum Muslimin. 

Tetapi di akhir hidupnya, mengapa Mu'awiyah membai'at putranya, Yazid? Padahal kala itu masih banyak para sahabat hebat yang masih hidup. Kemudian di zaman Yazid inilah cucu Nabi, al-Husain bin Ali terbunuh. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang bertanggung jawab? Lebih dari itu, apa sebenarnya yang menyebabkan hari terbunuhnya al-Husain diperingati oleh agama Syi'ah sebagai hari yang utama dalam agama mereka? Kemudian, jauh hari setelah al-Husain terbunuh, khurafat tersebar simpang siur, hingga tidak kurang dari enam kota besar di berbagai belahan bumi ini mengklaim bahwa kepala al-Husain y dimakamkan di sana; di mana sebenarnya kepala al-Husain dimakamkan?

 Buku ini adalah salah satu rujukan sejarah yang penting bagi kaum Muslimin. Dan ini adalah salah satu usaha kami untuk ikut mengurai sejarah yang telah dibuat kusut oleh para Orientalis dan Syi'ah.


Aku Bukan Salafi

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Unaizah Media
Harga Rp 27.000
Harga disc Rp 22.000
“Kalau kata Salafi itu berarti berkata-kata kasar, mudah menuduh sesama muslim sebagai Ahli Bid’ah, mudah menganggap bahwa hanya diri sendiri salafi sementara salafi lain adalah salafi palsu, maka saksikanlah SAYA BUKAN SALAFI.
Dahsyat!!!
Buku ini akan menata ulang kembali pemahaman Anda tentang Salaf, Salafi & Salafiyyah.
Tepat dibaca oleh Anda yang belum mampu ‘simpati’ dengan dakwah salaf karena masih ‘blank’ tentangnya atau pernah tersakiti oleh sebagian oknum yang mengaku salafi.
Pas dibaca oleh Anda yang telah menetapkan diri sebagai salafi, sebagai bahan koreksi diri



Sepenggal Duka Di langit Cinta


Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 30000
Harga Diskon  Rp 25.000,-
Sepenggal Duka Dilangit Cinta. Sepenggal Duka Dilangit Cinta merupakan novel seri ke 5 yang ditulis oleh Ustadz Abu Umar Basyir. Setelah sukses dengan novel-novel islami sebelumnya yaitu Sandiwara Langit, Sandiwara Langit 2, Kemuning Senja Diberanda Mekah dan Selimut Mimpi. Maka Novel Islami yang merupakan kisah nyata yang penuh hikmah berikutnya adalah Sepenggal Duka Dilangit Cinta.
Novel ini mengisahkan..

Kisah sepasang suami istri yang tak hanya unik, namun juga langka…
Bagaimana sepak terjang suami, yang kembali bejat setelah hidup indah dalam naungan syariat ?
Simak pula ketabahan sang istri yang begitu tegar menerima perlakuan buruk dari pria yang dikasihinya, hingga putra tercinta yang meregang nyawa dalam pangkuannya….
Novel Islami  ini menggambarkan betapa hati manusia begitu mudah berbolak-balik….
Mengajarkan agar kita berhati-hati menjalani hidup, tidak pongah, dan sadar betul bahwa keselamatan sesungguhnya hanya berasal dari Allah Yang Maha Pengasih…

Novel  ini juga mengingatkan bahwa tak pernah ada waktu terlambat untuk berbenah diri.
Sepenggal Duka Dilangit Cinta sangat Sarat pesan religi yang membangun,
Jadilah lembaran kisah nyata penggugah iman…

Sang Liberalis


Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 32000
Harga Diskon  Rp 26.000
Sederhana saja kok. Dalam mimpi itu aku merasa duduk di sebuah meja yang besar sekali. Besar yang tak lumrah. Di atas meja itu bertumpuk buku-buku dalam jumlah yang sangat banyak yang tak bisa kuperkirakan berapa buah. Ada yang kecil, sedang, besar, bahkan ada yang sangat besar dan tebal sekali, mirip kamus Al-Munjid, bahkan lebih tebal lagi.

Aku tengah membaca salah satu buku tersebut, ketika secara tiba-tiba muncul api besar melahap segala yang ada di hadapanku. Buku-buku itu terbakar hebat dan mengepulkan asap pekat yang membuat dadaku sesak. Mataku sulit memandang ke depan. Aku berusaha mencari-cari pintu keluar, tapi tak kutemukan. Saat aku sedang panik, sedangg bingung mencari jalan selamat, saat itu pula aku terjaga. Mimpi pertama dan mimpi keduaku sama persis, tak ada bedanya sama sekali. Saat terbangun tadi pagi, aku bahkan merasa seolah-olah aku sedang tidur di pesantren…”
Rusydi terdiam. Ia terlihat berpikir keras, mencoba merenungi detil-detil mimpiku. Farhan masih duduk santai seperti kebiasaannya. Aku menanti kalau-kalau Farhan mengerti takwil mimpi tersebut. Tapi yang berbicara duluan justru Rusydi.
“Boleh aku coba menakwilkannya, Yud…”
Aku memandang ke arah Farhan. Pemuda itu mengangguk, tanda ia setuju.
“Silakan, Rusy…”
“Begini Yud. Menurutku, mimpi itu memang sederhana saja. Terlihat sekali kok dalam gambaran yang kamu paparkan tadi, yakni kalau melihat kehidupanmu selama ini…”
“Maksudmu?”
“Mimpi itu gambaran dari petualanganmu memahami kebenaran. Buku-buku itu gambaran dari lautan ilmu. Meja itu ungkapan dari daya tampung ilmu yang dibentangkan di hadapanmu. Jumlah buku itu sendiri adalah (ibarat dari banyaknya detil-detil ilmu yang kamu pelajari…”
“Lalu?”
“Kondisimu yang sedang membaca menunjukkan kegigihanmu belajar di depan tumpukan ilmu yang tersaji. Sementara api yang membakar segala sesuatu di hadapanmu, termasuk buku-buku berisi ilmu yang ada di depanmu, tidak lain merupakan gambaran dari kegagalanmu memanfaatkan semua ilmu itu untuk hal-hal yang bermanfaat buat dirimu dan orang-orang di sekitarmu. Kamu sendiri yang telah menutupi keberkahan semua ilmu tersebut…”
……
(nukilan dari “Sang Liberalis” Pengalaman petualangan pribadi yang haus akan pengetahuan dan kebenaran tetapi akhirnya limbung dalam ber-Islam karena pemahaman yang mendewakan akal

Samudera Al Fatihah

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 44000
Harga Diskon  Rp 35.000
Samudera luas yang tidak pernah mengering airnya dan tidak terselami kedalamannya.” Itulah di antara kalimat untuk menggambarkan keluasan dan kedalaman kandungan surat Al-Fatihah.
Dalam masa ratusan tahun sejak diturunkannya, tak terhitung pakar dan ilmuwan mengerahkan kekuatan intelektual mereka, mengalirkan tinta pena, dan menggadaikan waktu mereka untuk menyingkap tabir induk dari Al-Qur’an ini.
Namun demikian, karya-karya yang berusaha menjabarkan ’pintu gerbang’ Kitabullah ini belum juga terhenti dan mungkin tidak akan pernah terhenti. Ilmu, hikmah, dan ibrah dari berbagai sudut pandang terus didapatkan para pencinta dan pengkaji Al-Qur’an. Mereka mengurai tujuh ayat yang menghimpun kandungan Kalam Suci Ilahi ini menjadi khazanah intelektual umat Islam yang begitu kaya dan berharga.
Dalam versi yang tersendiri, Ustadz Abu Umar Basyier menyusun karya “Samudera Al-Fatihah” ini dengan maksud memberikan jembatan kepada sebagian umat Islam untuk memulai mengenal surat Al-Qur’an yang sudah mereka akrabi dalam shalat lima waktu maupun shalat-shalat sunnah ini. Maka, buku ini akan mengantar pembaca untuk semakin menikmati shalat dan memiliki kunci untuk membuka pengetahuan Al-Qur’an. Buku “Samudera Al-Fatihah”

Indonesia Negeri Pendengki

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 22000
Harga Diskon  Rp 18.500
Suatu negeri menjadi begitu rapuh karena elemen masyarakatnya tidak saling percaya, tidak saling menghormati, dan tidak saling dukung untuk membangun. Negeri yang tampak bersatu, tapi jiwa masyarakatnya terkoyak-koyak centang perenang oleh benturan berbagai kepentingan pribadi dan kelompok. Masing-masing saling curiga dan digerogoti kedengkian.
Negeri itu semakin rapuh, karena rakyat dan pemimpin tidak bahu membahu. Pemimpinnya memikirkan perebutan kedudukan sendiri dan menggenggam kekuasaannya dengan zhalim. Sedangkan rakyatnya menghabiskan banyak energi untuk menguliti kelemahan pemimpin dan bahkan menghinanya. Pemimpin tidak mengayomi rakyatnya. Rakyatnya sama sekali tidak respek kepada pemimpinnya. Negeri itu seolah dililit benang kusut krisis yang tidak diketahui di mana ujung akhirnya.
Ustadz Abu Umar Basyier memotret kenyataan itu dalam obrolan pinggir jalan dan warung kopi lapisan warga akar rumput dalam bukunya Indonesia Negeri Para Pendengki. Autokritik dalam buku itu bukan untuk menghakimi siapapun, tetapi menjadi nasihat bagi kita semua untuk menanam investasi perbaikan bagi kehidupan negeri ini.

Orang Gila Jadi Wali

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 35000
Harga Diskon  Rp 28.500
Carilah Islam dengan model apapun! Pasti ada di Indonesia.” Kalimat yang seperti memuji itu, sebenarnya merupakan ungkapan sinis. Hal yang menunjukkan betapa warna-warninya pemahaman, keyakinan, dan cara beragama masyarakat muslim di negeri ini. Begitu semangat mereka yang melakukan pemurnian dan mengajak kepada cara berislam yang benar. Tetapi begitu banyak orang berislam yang tidak selaras dengan Islam yang benar, menyimpang, bahkan aneh-aneh. Dan mayoritas karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian.
Begitu tidak mengertinya, sehingga orang tidak waras diyakini sebagai kekasih Allah. Ini mewakili potret sebagian umat Islam di negeri tercinta ini. Orang Gila Jadi Wali dari Ustadz Abu Umar Basyir mengusung karya yang berangkat dari kenyataan umat Islam Indonesia yang memprihatinkan.
Namun, wajah lain dari kenyataan yang memprihatinkan itu, masih ada yang juga layak diperthatikan. Tidak sedikit kenyataan berhikmah yang mengajarkan kearifan kepada kita. Dan Ustadz Abu Umar memuatnya dalam keragaman khazanah peristiwa yang layak bisa kita ambil i’tibarnya dalam buku ini. Selamat memungut hikmah!

Prahara Cinta

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 43000
Harga Diskon  Rp 35.000
“…boleh jadi kami tidak mencintai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu buruk bagimu…” (QS. Al-Baqarah : 216)
“Dunia ini tempat persinggahan, bukan tempat tinggal abadi. Manusia di dalamnya ada 2 golongan; pertama, orang yang menjual dirinya (kepada hawa nafsu) dan menjadi hancur karenanya, dan kedua, manusia yang membeli dirinya dan mampu membebaskannya.” – Ali bin Abu Thalib -
“Kamu memang lebih cocok menjadi suami perempuan bodoh itu…” kata Namirah kepada suaminya dengan nada sinis.
“Apa kamu bilang ? Perempuan bodoh ?” tanya Hamidi terkejut.
“Ya. Kenapa kamu marah, Mas ? Dia bukan apa-apamu lagi…”
“Tidak. Dia dan aku memang bodoh. Kamulah yang pintar Namirah…”
“Akhirnya kamu ngaku juga ya ? Yang mau menjadi suaminya pasti laki-laki bodoh sepertinya…” ejek Namirah membakar hati Hamidi.
“Jaga bicaramu, Namirah !” bentak Hamidi. Dadanya seolah ingin meledak.
Inilah pertengkaran hebat Hamidi dan Namirah istrinya. Hamidi tidak pernah menduga perempuan yang dicintainya sejak SMP itu ternyata tidak menghargainya sama sekali sebagai seorang suami. Bahkan dengan lantang dia berani menghinanya. Padahal demi bisa menikahi perempuan yang dia anggap sebagai cinta sejatinya itu, dia menceraikan Zakiah, istri pertamanya yang begitu setia dan benar-benar mencintainya.
Bagaimana nasibu biduk rumah tangga Hamidi dan Namirah ? Bagaimana Hamidi mengatasi kemelut rumah tangganya ? Dan seperti apa kehidupan Zakiah setelah dicerai oleh Hamidi ? Ustadz Abu Umar Basyier mengurai kisah nyata dalam buku Prahara Cinta, Sebuah Kisah Asmara yang Menguji Iman. Selamat membaca !

Mutiara Hikmah Sejarah Rasullulah

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 40000
Harga Diskon  Rp 32000
Tidak diragukan, setiap jejak kehidupan Rasulullah SAW demikian bernilai dan berharga. Karena tidak mungkin manusia yang kehadirannya di dunia sebagai rahmat bagi seluruh alam jika perjalanan hidupnya tidak dipenuhi dengan pelajaran. Tidak masuk akal,  manusia yang sosoknya menjadi teladan bagi seluruh umat manusia jika gerak-geriknya tidak dipenuhi hikmah. Dan mustahil, manusia yang diberi pangkat sebagai penghulu anak cucu Adam jika setiap tingkah lakunya tidak menjadi cermin kemuliaan.
Selaksa kata dan kalimat rasanya masih belum mampu melukiskan ketinggian beliau. Tinta  para cerdik cendikia sepanjang sejarah juga masih terus berusaha mengurai keagungan-keagungan yang diciptakan Allah pada diri beliau. Ribuan jilid kitab sirah dan hadis yang mereka tulis untuk berusaha merekam jejak kata, tingkah laku, dan sikap diam beliau masih terus ditullis. Bersamaan dengan itu, hikmah dan pesan kehidupan beliau menjadi kekayaan hikmah belum habis digali.
Laksana simpanan mutiara di dasar laut yang tidak habis dieksplorasi manusia, demikianlah mutiara kehidupan Rasulullah SAW yang entah sampai saat kapan umatnya mampu menggali mutiara hikmahnya. Mutiara Hikmah Kehidupan Rasulullah” yang ditulis oleh Ustadz Abu Umar Basyier adalah cermin usaha sederhana dari hati salah satu umat yang mencintai beliau, insya Allah. Karena hati yang dipenuhi cinta kepada beliau pasti haus akan apapun yang terkait dengan beliau untuk digali  mutiara-mutiara hikmahnya. Selama membaca!

Mati Tersenyum esok Pagi

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 30000
Harga Diskon Rp 24.000

Betapa seringnya kita terlalu berlebihan memikirkan tentang kehidupan di dunia, hingga tak terasa kita lupa memikirkan kematian yang merupakan gerbang menuju kehidupan sesungguhnya, kehidupan yang kekal nanti (akhirat). Kita selalu tersibukkan dengan pikiran-pikiran bagaimana bisa memuaskan kehidupan dunia. Meraih prestasi, menjadi terkenal, mencari kekayaan harta benda, memikirkan pasangan hidup, hingga terkadang kita menjadi terlupa bahwa ada hal yang seharusnya lebih kita pikirkan, tentang kematian yang tak pernah kita tahu kapan kan datang pada kita.
Kematian memang menjadi sebuah rahasia Ilahi yang telah tercatat dalam Lauhul Mahfudz jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia. Seringkali kita menyadari bahwa kematian pasti akan datang, namun sayangnya kesadaran tersebut tidak kita coba pahami secara mendalam. Kita terlupa bahwa bagaimana cara kita mati dan ada apa nanti setelah kematian kita adalah hal-hal yang seharusnya kita renungkan sehingga kita menjadi lebih giat untuk mencari bekal. Sebagaimana kalimat yang sangat populer terdengar di telinga kita, "hidup sekali gunakan sebaik mungkin".
Sebuah buku yang sangat bagus dengan metode pembahasan yang cukup menarik berjudul Mati Tersenyum Esok Pagi yang ditulis oleh Ustadz Abu Umar Basyier. Dalam risalah ini penulis menyajikan pembahasan mengenai bagaimana seharusnya kita bisa memaknai sebuah kematian. Disertai kisah-kisah nyata, penulis membagi pembahasan dalam risalah ini ke dalam beberapa bab, yaitu:
- Takut Mati, Salahkah?
- Benarkah Anda Tak Takut Mati?
- Mari, Merenungi Kematian
- Tidur Adalah Bayangan Kematian
- Membayangkan Kematian
- Isyarat-isyarat Kematian
- Jihad dan Kematian
- Bagaimana, Bila Anda Harus Mati?
- Alhaakumut takaatsur, Banyaknya Harta Itu Membuat Anda Lupa Diri
- Menunggu Giliran
- Berdialog Dengan Kematian
- Berbaiat Untuk Mati
- Ketika Kematian Sudah Menyapa
- Kesadaran Yang Sia-sia
- Hari Penyesalan
- Sadarkah Kita, Apa Itu Sakratul Maut?
- Mati Tersenyum Esok Pagi

"Kematian bisa datang kapan saja, tanpa seseorang menyadarinya sedikit pun. Bisa hari ini, mungkin juga esok hari. Bila nyawa ini harus tercabut esok hari, dapatkah kita melepasnya dengan senyum?" (Ustadz Abu Umar Basyier)

Bila Sampai Waktu ku

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 43000
Harga Diskon  Rp 35.000
Aku hanya merindukan Baitullah, bukan yang lain. Aku bahagia karena takdir menjemputku ke sana. Air mata yang mengalir deras ini sungguh tak ternilai harganya. Air mata yang sanggup menghapus sisa-sisa kepedihan masa lalu. Air mata yang membangkitkan gairahku untuk lebih mendalami Islam, lebih mendekatkan diri pada Ilahi, lebih banyak berbuat baik kepada sesama, lebih gemar belajar dan mengajarkan ilmu-ilmu Allah!” ungkap Heri di depan Ka’bah dengan suara lirih di sela linang air yang sulit dia bendung dari matanya.
Momen itu seolah telah menyampaikannya ke mata air yang melimpahinya kesejukan ke dalam jiwanya yang selama ini telah melanglang buana di perjalanan hidup yang dipenuhi lika-liku. Ditumpahkannya perasaan di hadapan Rabbnya di RumahNya yang Suci. Perjalanan yang kemudian mengantarnya kepada pemahaman hakikat hidupnya sebagai hamba Rabbnya.
Ustadz Abu Umar Basyier merangkai perjalanan Heri dalam tuturan kisah nyata yang sarat pelajaran dan hikmah dalam “Bila Sampai Waktuku”. Anda akan diajak mengembara dalam kisah yang penuh warna. Namun yang lebih penting dari itu, perjalanan hidup adalah cermin bagi semua untuk mengaca tentang kehidupan diri kita sendiri.

Aku Wanita yang di Poligami

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 30.000
Harga Diskon 25% 22,500
Buku yang berisi belasan kisah nyata dari orang-orang yang dikenal oleh penulis buku ini menyadarkan kita bahwa poligami memiliki kisah-kisah unik. Kisah-kisah ini sebagian dituturkan oleh si suami, sebagian oleh istri pertama, ada pula kisah dari istri kedua.

Poligami akan menjadi indah dalam kehidupan berkeluarga bila dilakukan secara bertanggung jawab, proporsional, mengindahkan ajaran islam. Namun bila dilakukan serampangan, nyaris tak mengindahkan aturan syariat, mengabaikan prinsip maslahat, maka segala kericuhan dan prahara bisa menanti di depan sana.

Mari, luangkan waktu sejenak mengikuti kisah demi kisah. Insyaallah kita akan semakin secara sadar, bahwa dengan atau tanpa poligami, selama rumah tangga itu kita jalani dengan aturan Yang Maha Kuasa pasti ujung dari segalanya adalah kebahagiaan jiwa.

Aku Bukan Ahli Maksiat

Penulis : Abu Umar Basyir
Penerbit Shofa Publika
Harga Rp 42,000
Harga Diskon 33.500
Banyak orang tidak menyadari, dirinya ahli maksiat. Tidak merasa dengan kemaksiatan yang dilakukannya. Bahkan dia banggakan dan dia jadikan simbol keunggulan dirinya.
Sementara, banyak orang divonis ahli maksiat karena kesalahan dan dosa yang pernah dilakukannya. Masyarakat mengidentikkan dirinya dengan maksiat dan kenistaan, padahal dia sudah bertaubat. Masyarakat telah menghukumnya karena masa lalu yang sebenarnya telah dia tinggalkan. Ini tidak adil. Tapi, demikian kenyataan yang sering terjadi.
Ahli maksiat, julukan yang sangat berkonotasi buruk bagi penyandangnya. Orang yang mendapat gelar itu layak dijauhi, dikucilkan, dan menjadi simbol keburukan. Tidak berhenti di situ, julukan ahli maksiat memvonis pelakunya sebagai orang yang telah mengkapling Neraka.
Bukan hanya dirinya yang ’dihukum’, keluarga atau orang yang dekat dengannya yang tidak bersalah juga terkena imbas vonis itu. Dan kejamnya, vonis itu menjadi noda keluarga secara turun temurun.
Benarkah ahli maksiat itu adalah ahli Neraka? Apakah syariat membenarkan ’penghukuman’ masyarakat kepada pelaku maksiat yang bertaubat? Dan siapakah sebenarnya ahli maksiat itu yang sebenarnya? Buku Aku Bukan Ahli Maksiat akan memberikan jawaban yang tepat sesuai standar syariat. Buku ini juga mencoba menyelamatkan kita dari vonis yang salah alamat dan anggapan yang tidak pada tempatnya bahwa kita adalah pribadi yang bersih.
"TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BLOG INI SILAHKAN DILIHAT DULU KATALOG DAN RESENSI BUKUNYA SEMOGA BERKENAN JAZAKUMULLAH KHOIRON KATSIRAN"